Bagikan:

Hari Sumpah Pemuda, PP Muhammadiyah Soroti Beragam Persoalan Kaum Muda

Generasi muda Indonesia saat ini, kata Haedar, juga terjebak dalam sandwich generation. Demi hidup efisien dari segi finansial tapi menjadi egois dan tercerabut dari akar keluarga

NASIONAL

Senin, 28 Okt 2024 23:57 WIB

Author

Ken Fitriani

Haedar

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di Yogyakarta, Jumat, (4/10/2024). (Foto : KBR/Ken).

KBR, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut, pemuda saat ini harus mengambil inspirasi dan teladan dari generasi Sumpah Pemuda 1928. Sebab, kata dia, generasi muda pada tahun itu memiliki jiwa patriotik, berkarakter kuat pada idealisme, berwawasan nasionalisme yang luas, dan bervisi masa depan.

“Mereka berjiwa futuwah, kaum muda kesatria negarawan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok sendiri. Mereka tidak tergoda dengan gemerlap materi dan kursi demi Indonesia. Mereka pelopor Satu Indonesia: satu bahasa, satu tanah air, satu bangsa yakni Indonesia,” kata Haedar dalam rilis yang diterima KBR, Senin (28/10/2024).

Menurut Haedar, generasi muda saat ini berpotensi hebat. Di samping adanya fasilitas kehidupan yang serba mudah, mereka juga bisa mendapat jabatan mudah, bahkan instan. Misalnya, mereka bisa memperoleh materi dan ketenaran pun gampang.

“Karenanya jangan menjadi kaum muda Indonesia yang luntur nasionalisme dan jiwa futuwah dalam berbangsa dan bernegara. Jangan terjebak hedonisme, materialisme, dan kursiisme tanpa integritas, idealisme, dan visi luas. Apalagi menjadi generasi mudah yang android yang hidup layak robot dan mesin tanpa peduli sesama,” tegas Haedar.

Lebih lanjut, Haedar mengungkapkan, generasi muda jangan menjadi kaum muda yang angkuh tanpa isi dan integritas diri. Diantaranya dengan menjauhi sifat benalu dalam kehidupan diri maupun berbangsa dan bernegara. Selain itu, tidak pula jadi generasi muda cengeng dan hanya bergantung pada tangan orangtua sehingga hilang kemandirian.

"Jangan jadi kaum muda gemar popularitas dan populisme murahan minus pengabdian, kecerdasan, dan kualitas diri yang autentik, " pesan Haedar.

Baca juga:

Haedar juga menekankan, Indonesia hari ini dan ke depan sarat masalah dan tantangan kompleks. Karena itu, diperlukan kaum muda Indonesia yang berdiri tegak di atas idealisme dan prinsip bernegara dengan benar.

Sekaligus menjadi kaum muda yang relijius, pancasilais, cerdas berilmu, berkeahlian, dan mampu berperan aktif dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kemanusiaan global.

“Generasi yang layak menjadi pewaris Indonesia masa depan yang berkomitmen kuat untuk menjadikan Indonesia bersatu, berdaulat, adil, dan makmur di era modern sebagaimana cita-cita luhur para pendiri negara dan generasi tahun 1928,” jelasnya.

Haedar mengungkapkan, generasi Z dan setelahnya boleh jadi berbeda memiliki dunia sendiri yang tidak dapat dipersamakan dengan generasi masa lampau. Namun dia menekankan, dasar-dasar kehidupan yang tetap sama dan harus dijunjung tinggi, seperti nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.

“Jadilah generasi muda Indonesia yang tetap berbasis nilai utama yang hidup di negeri tercinta. Jangan jadi lost-generation, yang tercerabut dari nilai-nilai dasar kehidupan dan keindonesiaan. Pahami segala hal yang menyangkut makna dan pengetahuan kebangsaan, jangan sampai mengalami krisis pemahaman kebangsaan atau quarter life crisis,” imbuhnya.

Baca juga:

Generasi muda Indonesia saat ini, kata Haedar, juga terjebak dalam sandwich generation. Demi hidup efisien dari segi finansial tapi menjadi egois dan tercerabut dari akar keluarga, lebih-lebih orang tua yang posisinya mulia dan harus dihormati.

“Masyarakat Indonesia dibangun di atas asas extended family dan gotong royong. Maka jangan menjadi insan muda yang asosial dan kehilangan etika hidup luhur terhadap ayah dan ibu, kerabat, dan masyarakat. Apalagi sunatullah manusia itu Homo Sapiens, berelasi dengan sesama. Manusia modern meskipun menjadi Homo Deus karena kedigdayaan iptek, namun tetaplah harus menjaga jati diri kemanusiaan selaku Homo Sapiens dan tidak berubah menjadi makhluk robotik yang mati akal-budi dan hidup bersosial di planet raya ini,” pungkasnya.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending