KBR, Jakarta- Pemerintah meluncurkan bursa berjangka minyak sawit mentah atau CPO. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan peresmian Bursa CPO merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam membenahi tata kelola perdagangan sawit. Kata Zulkifli, bursa CPO ditujukan untuk perbaikan harga CPO yang transparan, adil, akuntabel, dan realtime atau waktu sebenarnya.
"Kita ingin Indonesia menjadi negara maju pada 100 tahun Indonesia merdeka, dan untuk itu kita punya semua persyaratan sebetulnya. Salah satunya kita mesti benahi tata kelola perdagangan CPO kita yang memproduksinya kan nomor satu di dunia hampir 47 juta ton CPO. Untuk memperkuat kinerja perdagangan CPO itulah menteri perdagangan berinisiatif melakukan perbaikan perdagangan CPO di bursa berjangka," dalam acara Peluncuran Bursa Crude Palm Oil melalui daring di kanal YouTube Kementerian Perdagangan, Jumat (13/10/2023).
Baca juga:
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menambahkan, peluncuran bursa berjangka CPO diharapkan dapat memutus kebergantungan Indonesia sebagai produsen terbesar sawit pada harga acuan CPO dari Malaysia dan Belanda.
Bursa CPO akan menjadi acuan harga ekspor CPO Indonesia. Namun tidak berlaku untuk produk turunannya. Bursa CPO nantinya akan dikelola oleh Kemendag melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Baca juga:
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko mengatakan, pada awal pekan depan Bursa Berjangka Komoditi Derifatif ICDX akan melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para calon anggota bursa. Saat ini, ada 18 pelaku usaha CPO yang sudah bergabung dan sudah siap berdagang di bursa CPO.
“Bappebti juga telah menerbitkan persetujuan bursa CPO kepada PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia atau sering kita sebut ICDX, melalui keputusan pada tanggal 9 Oktober lalu,” ungkap Didid.
Didid menambahkan, pihaknya menargetkan bursa CPO sudah aktif atau berjalan secara penuh dan sudah membentuk harga atau price discovery 23 Oktober 2023. Dia berharap, pada triwulan I 2024 sudah mampu mewujudkan price reference atau acuan harga.
Editor: Muthia Kusuma