Bagikan:

FOMO Sapiens: Perkara Dinasti Politik dan Period Poverty

Kritik bermunculan pasca MK kabulkan sebagian gugatan batas usia bakal capres dan cawapres. Selain itu, perkara pembalut reject memicu perbincangan warganet.

NASIONAL

Jumat, 20 Okt 2023 18:30 WIB

dinasti politik dan period poverty

Ilustrasi highlight berita sepekan. (FOTO: KBR)

KBR, Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian permohonan uji materi yang diajukan mahasiwa Universitas Surakarta (UNSA), Almas Tsaqibbirru terkait batas minimal usia capres dan cawapres menjadi 40 tahun atau memiliki pengalaman sebagai kepala daerah. Hal ini menuai kritik berbagai pihak karena dianggap sarat kepentingan politik. Apakah ini bagian dari upaya melanggengkan dinasti politik? Selengkapnya akan dibahas bersama Manager Program Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Ramadhanil.

Selanjutnya, penjualan pembalut reject yang beredar di pasaran memicu perbincangan warganet mengenai period poverty atau ketidakmampuan perempuan untuk mengakses sanitasi atau pendidikan mengenai kebersihan menstruasi. Ternyata, period poverty ini dialami sekitar 500 juta perempuan di seluruh dunia. Bagaimana mengatasinya?

1. Perkara Dinasti Politik

Putusan MK soal batas minimal usia bakal capres dan cawapres dianggap menguntungkan anak sulung presiden, Gibran Rakabuming Raka yang dikabarkan akan ikut kontestasi Pemilu 2024. Publik semakin riuh karena Ketua MK, Anwar Usman adalah adik ipar Presiden Joko Widodo. Putusan MK itu dianggap sarat kepentingan politik.

Protes publik bermunculan salah satunya dari ratusan warga yang berasal dari dunia pendidikan, tokoh agama hingga seniman yang meneken Maklumat Keprihatinan atau Maklumat Juanda 2023. Maklumat itu berisi keresahan, kecemasan hingga kemarahan terhadap perilaku elite dalam proses Pilpres maupun Pemilu 2024 yang menerobos kepatutan.

Baca juga:

2. Period Poverty

Pembalut reject yang tengah ramai diperbincangkan warganet memiliki cacat atau kerusakan sehingga tidak lolos uji kontrol kualitas. Pembalut  menjadi barang mewah bagi sebagian perempuan sehingga mereka harus membeli dan menggunakan produk reject setiap kali menstruasi. Tak sedikit warganet yang mempertanyakan keamanannya.

Kemiskinan menjadi salah satu faktor dalam period poverty. Tingkat ekonomi yang rendah dapat membuat seseorang berpikir ulang untuk membeli satu kemasan pembalut. Padahal, satu hari dalam periode menstruasi perempuan biasanya membutuhkan lebih dari satu pembalut.

Baca juga:

Simak bahasan selengkapnya di FOMO Sapiens pekan ini bersama Ian Hugen dan Aika. Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, akan ada juga obrolan menarik soal limbah makanan yang melimpah.


*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending