KBR, Jakarta- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan mengirimkan perwakilannya terkait insiden penembakan polisi kepada warga di Manokwari, Papua Barat. Bentrokan polisi dan warga itu melukai 9 orang dan menewaskan satu orang. Anggota Komnas HAM Natalius Pigai, menyesalkan aparat yang seharusnya menindaklanjuti kasus penusukan anak bukannya menyerang masyarakat dengan senjata dan sangkur.
"Kami akan kirimkan tim dari Komnas perwakilan Jayapura, besok lusa sudah turun. Kalau seandainya polisi itu melakukan pendekatan ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah secara hukum, mungkin masalah itu tidak akan seperti begini. Itukan hal yang sederhana, ada yang ditusuk, tinggal polisi datang negosiasi ke masyarakat, kok bisa polisi malah melakukan penyerangan," Jelas Anggota Komnas HAM Natalius Pigai kepada KBR, Kamis (27/10/2016).
Anggota Komnas HAM Natalius Pigai menambahkan, peristiwa penyerangan aparat kepada warga Papua ini merupakan kesekian kali. Kata dia, selama ini aparat seperti diprogram untuk melindungi pendatang dan mengabaikan hak-hak orang asli Papua. Kata dia, keberpihakan aparat keamanan kepada pendatang dalam berbagai masalah sering terjadi.
Pelaku Penembakan
Kepolisian Indonesia masih mencari pelaku penembakan terkait peristiwa kerusuhan di Manokwari Rabu malam. Kepala Kepolisian Indonesia, Tito Karnavian berjanji bakal menindak tegas pelaku penembakan apabila terbukti melanggar hukum.
Kata Tito saat ini kondisi keamanan di Manokwari, Papua Barat sudah terkendali.
"Polisi berusaha untuk mencegah tapi polisi juga kemudian diserang. Kapolda datang, Brimob datang, kemudian semua bisa dikuasai, tapi sempat ada tembakan dan dari tembakan itu mengakibatkan ada satu orang meninggal dunia. Kebetulan dia adalah orang tua dari anggota polisi yang tinggal di rumah Kapolda," ucapnya kepada wartawan di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta.
Tito melanjutkan, "situasi sudah terkendali dan kondusif. Sekarang pak Kapolda sedang berupaya membangun hubungan berdiskusi dengan tokoh-tokoh masyarakat agar semuanya bisa diselesaikan dengan cara-cara damai."
Kata dia, kerusuhan terjadi di Jalan Yos Sudarso, kompleks Pasar Sanggeng, Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada malam hari. Menurut dia, kerusuhan berawal dari salah seorang warga yang tidak membayar setelah makan di sebuah warung milik pendatang.
Pemilik warung menegur dan terjadi keributan yang mengakibatkan salah seorang warga tadi terluka akibat tikaman senjata tajam. Peristiwa berlanjut hingga warung makan tersebut dibakar warga yang tidak terima penikaman.
"Itu masalah ribut karena ada warga Papua dari Manokwari yang makan, tetapi belum bayar. Sehingga akhirnya, kebetulan yang punya warung pendatang, sehingga ini akhirnya ribut mulut cekcok. Ada versi mabuk, ada versinya tidak mabok. Sehingga akhirnya ada penikaman, luka warga Papua ini, lalu melaporkan kepada teman-temannya, kemudian teman-temannya marah sehingga akhirnya menyerang," ujarnya.
Kapolri menghimbau, warga di Manokwari, Papua Barat tidak terprovokasi dengan kasus tersebut dan meminta tetap tenang. Dia berharap semua jajaran Kapolda beserta jajaran Danrem, Dandim dan tokoh-tokoh masyarakat di Manokwari bisa menyelesaikan konflik tersebut.
"Saya yakin dan saya sudah lama di sana, masyarakat Manokwari, Papua bisa mengendalikan diri. Hubungan bermasyarakat di sana antara warga asli dan pendatang sudah terjalin sangat baik sejak lama," tambahnya.
Sebelumnya, terjadi bentrok warga di Jalan Yos Sudarso, Kompleks Pasar Sanggeng, Manokwari, Papua Barat Rabu malam. Akibatnya dua warga dikabarkan meninggal dunia dan beberapa warga mengalami luka akibat senjata tajam, termasuk Danramil Manokwari, Harsono terkena tikaman senjata tajam.
Selanjutnya, massa yang beringas kemudian membakar pos Polisi di area Pasar Tingkat Sanggeng. Polisi berupaya menghalau warga dengan mengeluarkan tembakan ke udara. Tembakan malah membuat massa semakin brutal dan memblokade jalan Yos Sudarso.
Editor: Rony Sitanggang