KBR, Jakarta - Majalah Lentera Salatiga ditarik dari peredaran oleh Kepolisian. Majalah ini diproduksi redaksi pers mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana.
Edisi kali ini menyoroti peristiwa berdarah 1965 di Salatiga dan Magelang. Menurut Bima Satria Putra, Pemimpin Redaksi Lentera, majalah ini memuat kesaksian pelaku dan korban dalam peristiwa tersebut. "Dalam kasus 30 September simpatisan PKI hanyalah korban," ujar Bima saat dihubungi KBR, Minggu, 18 Oktober 2015.
Bima menceritakan, majalah ini memuat 42 halaman dan dicetak sebanyak 500 eksemplar. Namun, sejak pekan lalu terbitan ini mendapat respons negatif. Itu sebab redaksi Lentera menarik ratusan majalah tersebut dari pasaran untuk dimusnahkan. Bahkan, ada juga yang sudah ditarik dari percetakan oleh Polisi.
Kepolisian diduga menarik majalah ini karena mengklaim Redaksi Lentera tak memiliki izin dan keberatan dengan konten peristiwa 1965. "Kami mohon maaf atas kesepakatan Lentera, kami diminta tidak menceritakan lebih lanjut mengenai hal itu," ujar Bima saat ditanya lebih lanjut mengenai kronologi dan alasan penarikan tersebut.