KBR, Jakarta - Keluarga orang dengan skizofrenia (ODS) diajak berani memeriksakan anaknya ke puskesmas, bukan paranormal. Skizofrenia adalah penyakit kronis yang membuat penderita sulit berpikir.
Sehingga timbuk halusinasi, delusi, dan perilaku tidak wajar. Sejumlah ODS juga bisa tertawa sendiri atau menyerang orang lain.
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat orang dengan gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia di Indonesia yakni 1 sampai 2 di antara seribu. Banyak di antara ODS yang dilabeli sakit jiwa. Tak jarang, mereka dipasung di rumahnya karena dianggap aib oleh keluarga.
Pada 2011 ada 20.000 orang dipasung karena penyakit ini di Indonesia, demikian perkiraan Dr Irmansyah saat itu. Irmansyah yang kini bekas Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes, mengatakan, selama ini masyarakat masih menganggap skizofrenia sebagai pengaruh mistis.
"Paling sering ditemui, dia berobat ke pengobatan tradidional. Praktek tradisional itu bilang, ini dia kena guna-guna. Padahal penyakit ini tidak ada hubungannya dengan itu," jelas Irman.
Akhirnya keluarga pun salah dalam mendampingi ODS. "Pasien dipukuli, dimarahi, bahkan dalam keadaan ekstrim, disholati. Itu karena keluarga tidak mengerti," kata Irman lagi.
Minimnya pengetahuan masyarakat ini jadi alasan aksi simpatik di Bundaran Hotel Indonesia, Hari Kesehatan Jiwa Internasional 10 Oktober lalu. Saat itu, Kemenkes bersama asosiasi rumah sakit dan komunitas peduli Skizofrenia menyalakan lilin dan berkampanye untuk meningkatkan kesadaran.
Mengenal Skizofrenia
Belum diketahui pasti penyebab penyakit ini. Ada beberapa faktor penyumbang seperti keturunan, kondisi sebelum kelahiran, trauma, tekanan sosial, dan stres. Kebanyakan ODS merasakan gejala pada usia produktif 15-25 tahun.
"Bisa saja anaknya rajin lalu tiba-tiba malas dan membatasi pergaulan. Atau tadinya kalem jadi marah-marah nggak jelas. Mulai berargumentasi, mulai percaya hal-hal yang aneh, menuduh yang tidak masuk akal, merasa ada orang yang mengincar dia, padahal bisa saja tidak ada," jelas Irman soal gejala skizofrenia.
Irman menjelaskan, orang dengan gejala tersebut harus segera diperiksakan ke dokter dan diberi penanganan.
"Caranya dengan meningkatkan kapasitas mental, mempersiapkan lingkungan, pasien sendiri mengenal gejala dan belajar mengatasi lebih baik, kemampuan sosial, dan tentu dengan obat-obatan," jelas Irman soal penanganan.
ODS juga bisa menjalani terapi bicara agar gejala dapat berkurang. Selain itu, keluarga dan lingkungan pasien juga harus mendukung penuh proses pemulihan.
"Keluarga jangan malu," kata Irman yang juga dokter spesialis kejiwaan.
Selain itu ada juga ada pemberian obat anti-psikotik, serta terapi elektrokonvulsif atau terapi listrik. Karena skizofrenia adalah penyakit kronis, butuh terapi jangka panjang.
Dengan penanganan tepat, ODS bisa pulih. Ciri pulih adalah gejalanya minimal, mampu bersosialisasi, dan bisa produktif. Produktif tidak hanya berarti bekerja, bisa juga jadi sukarelawan.
Irmansyah berharap masyarakat bisa memperlakukan ODS dengan baik. Sehingga ODS bila kembali berkontribuai buat masyarakat sekitarnya.
"Skizofrenia adalah penyakit. Dan orang dengan skizofrenia punya hak, martabat, harus dihormati. Mereka seperti kita manusia pada umumnya. Namun tetap harus didorong untuk berobat," tutup Irman.
Editor: Pebriansyah Ariefana
Pulihkan Skizofrenia di Puskesmas, Bukan di Paranormal
KBR, Jakarta - Keluarga orang dengan skizofrenia (ODS) diajak berani memeriksakan anaknya ke puskesmas, bukan paranormal. Skizofrenia adalah penyakit kronis yang membuat penderita sulit berpikir.

NASIONAL
Rabu, 29 Okt 2014 18:38 WIB

Skizofrenia
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai