KBR, Jakarta – Jurnalis investigasi Allan Nairn kembali menulis soal dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh jendral di tanah air.
Kali ini tulisan dibuat berdasarkan wawancara dengan bekas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono. Dalam wawancara yang direkam itu, Hendro mengaku bertanggung jawab atas kasus Munir, Talangsari dan Timor Timur.
Sebelumnya, tulisan Allan di blognya mengungkap soal wawancara off the record dengan Prabowo – yang saat itu tengah melaju sebagai calon presiden. Karena tulisan ini pula, Allan sempat disebut Prabowo sebagai “ancaman bagi keamanan nasional” bagi TNI maupun kaluarga.
(Baca: Prabowo Pernah Sebut Gus Dur Memalukan)
Bagi Hendropriyono, yang juga penasihat Joko Widodo, ini menunjukkan kalau tulisan Allan Nairn itu ikut berperan bagi tidak menangnya Prabowo di Pemilu Presiden lalu. Ini juga yang diduga mempermulus jalan pertemuan Allan Nairn dengan Hendropriyono.
Talangsari
Begitu bertemu, Hendropriyono langsung mengaku merasa ‘terhormat’ bila bertemua Allan Nairn.
“Tidak ada cara lain untuk melakukannya, Allan Nairn,” begitu kata Hendropriyono ketika memulai penjelasan soal Talangsari di rumahnya.
Kata dia, pasukan TNI menang di peristiwa Talangsari (1989) karena pasukan TNI berkekuatan besar. Hendro memperkirakan jumlah korban tewas antara 100 sampai 200 orang, sebagian besar tak bersenjata, perempuan dan anak-anak.
Menurut Hendro, para korban itu bunuh diri dan bukan dibunuh.
Allan yang terkejut mendengar pernyataan ini sampai bolak-balik memastikan – dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
“Bunuh diri?” seperti ditanyakan Allan dalam bahasa Indonesia.
“Ya mereka membakar tenda mereka sendiri,” kata sikon Bulgaria.
Allan mengingatkan soal testimoni para korban dan aktivis Talangsari yang sudah pernah disampaikan kepada Komnas HAM. “
“Jadi bapak katakan kalau orang itu bunuh diri?”
“Bunuh diri,” kta Allan yakin.
Tulisan Allan Nairn dalam bahasa Inggris di sini: