KBR, Jakarta- Sesekali kesulitan hingga kurang tidur mungkin lumrah bagi sebagian orang. Kekurangan tidur ini salah satunya disebabkan oleh gaya hidup atau aktivitas yang mengharuskan seseorang bekerja ekstra.
Berdasarkan data Sleep Foundation, sekitar 35% orang terkadang mengalami gejala mirip insomnia, seperti kesulitan untuk memulai tidur atau tetap tertidur selama malam hari.
Padahal, melansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, masalah tidur dalam jangka panjang dapat memperburuk kondisi mental. Kekurangan tidur mampu meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami pikiran negatif secara terus-menerus.
Jadi, tak sekedar berpotensi mempengaruh kesehatan fisik seperti kemungkinan mengidap kanker, diabetes, dan penyakit paru, insomnia juga berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.
Ada 3 jenis insomnia, yaitu tidak dapat memulai tidur, tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga, dan bangun secara dini, serta tidak dapat tidur kembali.
Psikolog Klinis dan Dosen Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya, Jane L. Pietra dalam Podcast Diskusi Psikologi (Disko) KBR menjelaskan, insomnia adalah gangguan tidur. Tidak hanya sulit ketika hendak tidur, kondisi dimana seseorang bangun di sela waktu tidur juga disebut dengan insomnia.
Baca juga:
- Tak Sekadar Menghindar Interaksi Sosial
- Gak Sekedar Pede, Narsis Bisa Jadi Gangguan Mental Loh!
- Banyak Teman Enggak Tentu Bahagia, Loh!
Kita Harus Apa Kalau Mengalami Insomnia?
Menurut Jane L. Pietra, ada beberapa hal yang memicu timbulnya insomnia. Mulai dari gangguan depresi, kebiasaan memegang handphone sebelum tidur, hingga stress.
“Padahal kalau malam, yang dibutuhkan otak kita kan beristirahat gitu. Harusnya itu sudah off stream lah. Tapi masih main HP, buka Instagram, atau lihat-lihat yang lain. Nah itu yang justru bikin kita jadi ga bisa tidur,” ucap Psikolog Jane dalam podcast Diskusi Psikologi (Disko).
Pada umumnya, manusia memerlukan waktu istirahat sekitar 6-7 jam dalam sehari. Maka dari itu, Psikolog Jane menegaskan seseorang perlu menentukan siklus tidur yang lebih sehat untuk dirinya.
“Kita bisa menentukan siklus tidur yang lebih sehat untuk kita. Buat orang yang tidak terbiasa tidurnya cepet, misal jam 10 malam tidur. Atau buat orang yang jam 12 baru bisa tidur, ya berarti memang jam 12 itu harus istirahat dan perlu diingat badan kita di usia dewasa memerlukan waktu istirahat sekitar 6-7 jam sehari. Itu yang harus diingat terlebih dahulu,” lanjutnya.
Dari sisi psikologis, Psikolog Jane menjelaskan insomnia berkaitan erat dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang. Ini karena adanya senyawa kimia di otak yang membuat tubuh seseorang terus terjaga.
Mau tahu lebih lanjut soal ini? Yuk dengarkan pembahasan lebih lengkapnya di podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link berikut: