KBR, Jakarta- Pelaksana tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Luhut Panjaitan menyebut manajemen yang buruk menyebabkan Indonesia masih mengimpor minyak sampai sekarang. Luhut mengatakan, Indonesia memiliki potensi cadangan minyak yang besar, mencapai 100 miliar barel.
Kata Luhut, cadangan itu terutama ada di dasar laut.
"Kalau saya melihat, ini salah urus saja semua. Karena apa, terlalu banyak aturan tumpang tindih yang mengikat kita sendiri. Misalnya PP 79. Ya orang tidak mau lah melakukan eksplorasi, kalau belum apa-apa sudah dipajaki. Data yang ada di kami, kita sedikit eksplotasi, sehingga cuma ada 3,6 miliar barel cadangan minyak kita. Padahal, potensi cadangan minyak kita, bisa mungkin 100 miliar barel, atau lebih," kata Luhut di Hotel Sahid, Kamis (08/09/16).
Luhut mengatakan, banyaknya aturan yang tumpang tindih justru merugikan negara sendiri. Luhut mencontohkannya dengan Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2010 tentang cost recovery dan pajak di hulu migas. Kata dia, aturan itu menyebabkan investasi di hulu migas menjadi lesu, karena investor tidak tertarik.
Padahal, kata Luhut, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor minyak dan gas. Namun, hingga sekarang yang tercatat sebagai cadangan minyak hanya 3,6 miliar barel, tanpa ada temuan cadangan baru. Menurut Luhut, apabila diekplorasi dengan baik, lautan Indonesia memiliki potensi hingga lebih dari 100 miliar barel. Menurut luhut, nilai ekplorasi sangat mahal, mencapai USD 100 sampai 125 juta per sumur. Sehingga, pemerintah perlu menyiapkan insentif agar investor tertarik menanamkan modalnya di sektor itu.
Luhut berujar, selain mengandalkan energi dari fosil, potensi energi Indonesia juga bisa berasal dari nonfosil, atau energi baru terbarukan (EBT). Kata dia, dengan potensi itu, seharusnya Indonesia bisa menjadi negara yang berdaulat energi dan tidak bergantung impor.
Editor: Rony Sitanggang