KBR, Jakarta– Badan Narkotika Nasional (BNN) berencana menggunakan senjata khusus yang berbeda dengan TNI dan Polri. Kepala BNN, Budi Waseso, mengatakan saat ini senjata yang digunakan aparat BNN kalah canggih dengan bandar narkoba.
Kata Budi untuk peralatan lain contohnya X-Ray, juga sudah bisa dimanipulasi oleh para bandar.
“Senjata ini di luar kaliber TNI dan Polri. Apapun di luar itu. Karena yang kita lawan ini bandar. Jadi kemampuannya beda. Bahkan kita punya senjata yang nanti akan merusak kontainer. Kita punya senjata yang bisa mendobrak lemari besi. Itu kita beli,” kata dia usai rapat dengan DPR, Selasa (6/9).
Pembelian senjata baru ini juga kata dia untuk mempermudah identifikasi. Selama ini, BNN menggunakan senjata yang sama dengan Polri dan TNI. Idealnya, Buwas mengatakan, BNN saat ini membeli 2400-2500 pucuk senjata baru.
“Selama ini identifikasinya bisa salah. Kita bicara kemungkinan ya. Ada anggota saya salah tembak, misalnya. Nanti wah ini Polri ini TNI. Kalau besok-besok nanti kan kita tinggal lihat proyektilnya oh ini BNN dan tergantung spesifikasinya juga.”
Dia menambahkan, “(Keunggulan senjata baru?) Akurasi tembakan. Harus bisa kita jamin. Tidak boleh sampai meleset kena orang lain. Kualitas senjata harus dijamin karena ini bicara nyawa.”
Saat ini BNN sudah menguji beberapa calon senjata yang akan dibeli. Namun belum ada keputusan berapa banyak yang akan dibeli di tahap pertama, jenis apa saja, dan pabrikan mana. Proses pembelian masih menunggu keputusan anggaran. Namun ia mengatakan BNN akan membeli jenis senjata pistol, senjata laras pendek, dan senjata serbu. Selain itu juga sniper dan senjata perusak.
Banyaknya persenjataan ini menurut dia harus dilakukan untuk melawan para bandar. Berdasarkan pengalaman di lapangan, saat ini para bandar narkoba kebanyakan menggunakan senjata hasil rampasan dan senjata-senjata rakitan khusus.
“Kalau mereka kabur, jauh, tak bisa kita kejar pakai motor. Kita kejar pakai peluru.”
Cara Filipina
Kepala Badan Narkotika Nasional(BNN), Budi Waseso menegaskan pemberantasan narkoba di Indonesia perlu lebih galak. Menimbang cara pemberantasan narkoba yang dilakukan Presiden baru Filipina, Rodrigo Duterte, dia mengatakan itu sah selama negara tersebut merasa cara itu diperlukan.
Untuk Indonesia, dia mengatakan cara yang sama bisa dilakukan selama pemerintah sepakat.
"Nah bagaimana kita melihat situasi yang ada di negara kita, apakah kita dalam kondisi darurat seperti itu? Dan apakah harus kita melakukan seperti itu? Tinggal kita bicarakan kepentingan bangsa ini. Kalau kita tidak ingin besok bangsa ini bersih, aman, negara ini tegak, ya itu kembali lagi ke kita-kita semua," ujar Budi sebelum rapat dengan DPR.
Sejak masa kampanye, Duterte sudah menegaskan akan memberantas penyebaran narkoba. Pasca dilantik Juni silam, setidaknya 2000 orang ditembak mati dalam operasi antinarkoba digelar atas perintah Duterte.
Kebijakan ini dikecam keras oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB). Cara ini dinilai melanggar hak asasi manusia dan kesepakatan masyarakat internasional. Terakhir, Duterte mengancam akan keluar dari PBB.
Menurut Budi Waseso sekarang ini penyalahgunaan narkoba sudah merata di seluruh Indonesia. Presiden ujarnya sudah menyerukan darurat narkoba.
"Di seluruh Indonesia ini sudah merata penyalahgunaan narkoba, secara seluruh negara kita sudah terkontiminasi narkoba. Bukan sekadar penyalahgunaan dan peredaran, tapi akibatnya, kan menyangkut keselamatan generasi. Generasi bangsa ini menyangkut negara. Berarti menyangkut negara Indonesia. Begitu lah."
Editor: Rony Sitanggang