Bagikan:

Pakar Gambut Kritik Langkah Pemerintah Tangani Kebakaran Lahan

Pakar gambut dari Kalimantan Tengah Acep Akbar mengatakan tim pemadaman api harus memburu titik-titik api yang masih kecil di lahan gambut, dan tidak boleh membiarkan api sampai membesar.

BERITA | NASIONAL

Rabu, 30 Sep 2015 12:03 WIB

Author

Eli Kamilah

Pakar Gambut Kritik Langkah Pemerintah Tangani Kebakaran Lahan

Ilustrasi. Helikopter BNPB untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan dari udara. (Foto: setkab.go.id)

KBR, Jakarta - Pemerintah dianggap melakukan tindakan kurang efektif dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut karena cara yang digunakan tidak tepat.

Pakar gambut dari Kalimantan Tengah Acep Akbar mengatakan tim pemadaman api harus memburu titik-titik api yang masih kecil di lahan gambut, dan tidak boleh membiarkan api sampai membesar.

Jika kebakaran api sudah besar dan meluas, Acep Akbar mengatakan, teknik dan teknologi apapun tidak akan efektif lagi memadamkan api.

"Kalau mau dipaksakan memadamkan, ya terpaksa harus memburu api ketika masih kecil. Api gambut itu berfluktuasi. Kadang-kadang dia hanya api permukaan yang tingginya satu meter. Dan jarang mencapai crown fire. Itu kalau sudah ekstrim sekali, apapun teknologinya kalau kondisi begitu, jangan dilawan, ya biarkan," kata Acep Akbar.

Pemerintah mengklaim telah berupaya keras mengurangi asap dan memadamkan api. Namun berbagai kendala menghambat upaya itu, seperti musim kemarau yang panjang dan dampak gelombang panas El Nino.


Langkah pemerintah memadamkan kebakaran hutan dan lahan kerap dikritik karena dianggap tidak efektif.

Salah satu langkah yang dinilai tak efektif adalah water bombing atau pengeboman air melalui udara. Dalam kondisi panas, air yang dikirim dari helikopter itu menguap di udara.

Sedangkan api gambut lebih cepat terbakar. Jadi belum sampai airnya, lahan gambut sudah terbakar.

Editor: Agus Luqman 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending