Nama Munir Said Thalib tak hanya ada di hati aktivis dan masyarakat yang peduli pada penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Sosok pejuang HAM itu juga menjadi inspirasi bagi banyak musisi.
Band asal Bali Navicula membuat lagu untuk mengenang Munir berjudul ‘Refuse to Forget’. Lagunya kencang khas musik rock 90-an. Liriknya ingin menunjukkan bahwa Munir masih ada dan berlipat ganda.
Stealing, killing, spreading lies
One man dies, millions rise
You can’t tell us where to go
Or what not to know
I refuse to forget
Vokalis Navicula, Robi mengatakan, lagu ini terinspirasi dari gerakan ‘menolak lupa’ yang terjadi di seluruh Indonesia. Selain itu, Navicula sering nongkrong dengan anak-anak Kontras. Dari situlah keluar lagu ini pada 2011 lalu.
Liriknya sengaja dibuat dalam bahasa Inggris agar gerakan menolak lupa ini makin mendunia.
“Kita berpikir, kenapa tidak membawa ini ke internasional? Kebetulan kita tinggal di Bali dan banyak bergaul dengan teman-teman internasional dan ternyata mereka banyak yang tidak tahu. Memang ada yang dengar ada aktivis yang dibunuh, tapi tak tahu detailnya,” kata Robi.
Lagu ini dibawakan Navicula di berbagai tur internasional di Kanada, Amerika Serikat dan Australia. Di konser-konser itu, band yang dibentuk di Denpasar pada 1996 tersebut, juga membawa proyektor dan layar yang menampilkan gambar Munir agar orang penonton bule kenal pejuang HAM itu.
“Kita juga bilang di setiap wawancara radio bahwa lagu ini didedikasikan untuk Munir. Setelah itu banyak yang tertarik dan akhirnya berdiskusi dengan kami. Penonton yang tertarik juga akan mencari di Google. Kita hanya membantu memperluas gerakan melawan lupa.”
Navicula dikenal sebagai band yang peduli pada isu-isu sosial dan lingkungan. Melalui musik, Robi (vokal, guitar), Dankie (guitar), Made (bass), dan Gembull (drum) ingin menyebarkan kesadaran positif, terutama bagi kaum muda sebagai agen perubahan.
Sunset di Tanah Anarki
Band lain yang dekat dengan masalah HAM adalah Superman Is Dead. Melalui lagu Sunset Di Tanah Anarki, SID-panggilan akrab Superman Is Dead mendedikasikan lagu tersebut untuk gerakan melawan lupa.
Lagu merupakan lagu cinta dari sudut pandang orang-orang yang dianggap 'berbahaya' oleh penguasa, hingga mereka diburu dan ditangkap dan akhirnya terpaksa berpisah dengan kekasih hatinya.
Dalam gelisahku menunggu, berita tentang gerilyamu
Semerbak rindu kuasai udara panas ini
Sepucuk surat telah tiba, dan senja pun ikut berdebar
Kalimat indah dan kisahmu tentang perang dan cinta
Lagu yang dirilis pada Maret lalu itu dilengkapi video klip yang memunculkan sosok Munir dan Widji Tukul, serta pernyataan singkat dari istri Munir, Suciwati.
Pemain drum SID, Jerinx mengatakan, sejak 1998 semua personil band sudah dekat dengan dunia pergerakan. Mereka melihat banyak teman-teman aktivis di Bali yang harus menerima konsekuensi dari perjuangan ini.
“Sudut pandang dari lagu itu adalah ketika seseorang berani melawan kekuatan yang lebih besar, maka dia harus bersiap kehilangan orang yang mereka sayangi. Mirip dengan kisahnya almarhum Munir,” kata drumer yang punya nama asli I Gede Ari Astina.
Dia menambahkan, lagu ini bertujuan untuk melipatgandakan semangat Munir di hati semua orang. Band beraliran Punk ini punya target untuk membuka wawasan para penggemarnya yang masih muda dan belum tahu soal Munir.
“Penggemar kami itu dari SMP sampai kuliah. Sekarang ini sudah banyak anak muda yang mulai tertarik dengan hal-hal yang berbau Munir atau perlawanan. Sudah ada lah efeknya dari lagu ini,” tambah Jerinx.
Band yang dibentuk pada 1995 ini menegaskan tak akan berhenti bersuara dan mendukung lewat lagu agar kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM lainnya segera terungkap.
Di Udara
Efek Rumah Kaca (ERK), band yang mengusung aliran pop indie juga punya lagu soal Munir, judulnya Di Udara. Lirik lagunya jelas sekali menggambarkan risiko yang dihadapi Munir dalam memperjuangkan kebenaran.
Aku sering diancam
juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
sampai dimana kapan
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
ERK terdiri dari Cholil (vokal, gitar), Adrian (bas, vokal latar), dan Akbar (drum). Kata cholil, lagu ini tercipta setelah menonton film seputar investigasi kematian Munir berjudul Garuda's Deadly Upgrade.
Lagu Di Udara keluar pada 2012 dan bertujuan menyebarkan pesan kepada masyarakat soal keberanian Munir dalam menyoroti masalah-masalah HAM yang masih terjadi sampai sekarang
"Makna lagunya, bahwa dalam kondisi apa pun diancam, diburu atau bahkan mati semangat perjuangan Munir tak akan pernah mati," ungkap Cholil.