Bagikan:

Film Senyap: Perjalanan Seorang Tukang Kacamata Keliling Melawan Rasa Takut

Setelah

NASIONAL

Selasa, 09 Sep 2014 10:08 WIB

Film Senyap: Perjalanan Seorang Tukang Kacamata Keliling Melawan Rasa Takut

Jagal, Senyap, The Look of Silence, Joshua Oppenheimer

KBR, Jakarta – Perempuan ini memperkenalkan ayahnya yang sudah renta sebagai pahlawan. 


“Ya bangga, karena ayah saya kan ikut memberantas komunis,” katanya seraya tersenyum, duduk di samping sang ayah. 


Tiba-tiba wajahnya berubah tegang ketika sang ayah mulai berkisah tentang masa lalu. 


Soal membunuh seorang perempuan. Soal kepala yang dibuang di tong sampah. Soal tubuh yang dilempar ke sungai. Soal gelas yang dibawa untuk menampung darah yang mengucur dari tubuh orang yang dibunuh. 


“Kenapa darahnya diminum?”


“Supaya kita tidak gila,” kata si ayah sembari memiringkan jari telunjuknya di dahi.


Air mata tampak mulai menggenang di ujung mata si perempuan. 


“Ini baru pertama kali saya mendengar cerita begini,” kata si perempuan. “Sadis.”


Perspektif korban


Adegan itu adalah bagian dari film “Senyap” (The Look of Silence) yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film dokumenter ini baru saja memborong lima penghargaan di Festival Film Venesia, salah satunya Penghargaan Utama Juri. 


Film “Senyap” bercerita soal pembantaian massal 1965 yang diperkirakan menewaskan 300.000 hingga 2,5 juta orang. Latar film ini adalah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, sama seperti di film Joshua sebelumnya, “Jagal” (The Act of Killing). Jika film “Jagal” terasa sangat sadis dan vulgar karena mengambil sudut pandang dari para pelaku pembantaian, maka film “Senyap” mengambil perspektif yang berbeda. 


Tokoh utama film ini adalah Adi Rukun, seorang laki-laki berusia 44 tahun. Perilakunya santun, tutur katanya lembut. Ayah dua anak ini berprofesi sebagai tukang kacamata keliling. Ia lahir setelah Ramli, kakaknya yang tewas dibunuh karena dicap komunis. Adi tumbuh besar dengan cerita dari kedua orangtuanya yang sudah renta tentang bagaimana Ramli diculik, disiksa lantas dibunuh. 


Adi lantas melibatkan diri dalam sebuah misi: mencari tahu bagaimana kakaknya dibunuh dan siapa yang membunuhnya. 


Lewat film “Senyap” penonton diajak mengikuti perjalanan hidup dan misi Adi untuk mencari tahu siapa pembunuh kakaknya, Ramli. Di rumah, Adi masih sering bertanya pada ibunya soal apa yang terjadi saat itu. 


“Mereka bilang mau bawa Ramli ke rumah sakit,” kata sang ibu seperti menyesali kenapa ia percaya begitu saja pada orang-orang yang membawa anaknya pergi. 


Misi Adi ini tak serta merta mendapat restu dari keluarga. Sang ibu khawatir kalau Adi bakal dibunuh. Demi berjaga-jaga, si ibu malah menyarankan Adi membawa pisau lipat. 


Sutradara film Joshua Oppenheimer mengatakan, usai syuting mereka mengungsikan keluarga Adi demi mengantisipasi kemungkinan terburuk mengingat mereka hidup dikelilingi para pembunuh Ramli. 


Ramli 


Adi duduk di kursi kayu, menatap lekat-lekat TV tabung tebal di hadapannya. 


Di situ, dia menyaksikan kebenaran: soal apa yang terjadi pada Ramli, kakaknya. 


Apa yang ditonton Adi itu direkam oleh sutradara Joshua Oppenheimer tahun 2003.  


Di situ, tampak dua laki-laki paruh baya memperagakan secara detil apa yang terjadi itu malam. Ketika mereka membawa para tahanan, termasuk Ramli, yang dicap komunis. Dalam keadaan telanjang, mereka diseret, disiksa dan akhirnya diceburkan ke Sungai Ular di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 


Yang satu berperan sebagai pelaku, yang satunya lagi berperan sebagai korban – menjabarkan rincian mengerikan soal apa yang terjadi malam itu. 


“Ramli pegangan di situ sambil teriak ‘tolong...’ begitu,” kata yang satu sembari memperagakan bagaimana Ramli jongkok dan berpegangan pada alang-alang di tepi Sungai Ular. 


“Ramli mungkin orang baik, tapi waktu itu kan revolusi,” kata yang lainnya. 


“Tentara tidak sampai ke bawah seperti ini. Ini adalah perjuangan rakyat. Kalau dunia lihat, dunia bisa marah karena tentara membunuh komunis,” kata salah satu dari laki-laki tua itu di tepi Sungai Ular. 


Bertemu pelaku


Adi datang ke desa ini dengan bermodalkan koper kecil berisi aneka ukuran lensa kacamata. Di sini ia bertemu Inong, pemimpin kelompok pembantai setempat. 


Sembari mencari lensa yang cocok untuk mata Inong yang mulai rabun, Adi membuka percakapan soal masa lalu. 


“PKI itu tidak punya agama. Istrimu (adalah) istriku,” kata Inong. Dengan enteng ia bercerita soal bagaimana ia meminum darah orang yang dibunuhnya. 


“Rasanya asin manis,” ketika ditanya soal apa rasa darah manusia. Adi menatapnya dengan wajah bergidik. Lama-lama Inong merasa gerah karena Adi tak berhenti bertanya. 


“Maksud saudara  bertanya apa?” tanya Inong. “Saudara menanyakan terlalu dalam. Bicara soal politik, saya tidak suka.”


“Soal ‘istriku (adalah) istrimu’ itu adalah propaganda,” kata Adi mencoba meluruskan. 


Inong makin marah. Inong meminta Joshua Oppenheimer mematikan kamera, menghentikan wawancara, lantas ia pamit ke mesjid. 



Pemahaman keliru melintas generasi 


Anak kedua Adi bersekolah di sebuah SMP negeri di Deli Serdang. Di kelas, guru mengajar soal komunis dan menyebut orang-orang komunis sebagai orang yang kejam dan tidak punya Tuhan. “Karena kejam, mereka dapat tekanan dari masyarakat,” begitu kata sang guru. 


Adi lantas mengajak anak lelakinya berbincang serius, mencoba meluruskan pemahaman soal komunisme yang diterima anaknya. 


“Itu semua bohong. PKI itu nggak kejam karena yang membunuh para jendral itu Angkatan Darat,” kata Adi. 


Ia juga sempat mengajak anaknya bertemu salah satu penyintas kekejaman peristiwa 1965 karena berhasil kabur dari truk yang membawa tahanan untuk dibantai. 


“Sebagai tukang kacamata, sehari-hari saya membantu orang lain untuk melihat lebih terang. Saya punya harapan yang sama dengan film ini,” begitu yang ditulis Adi dalam sambutan setelah film “Senyap” memenangkan penghargaan di Italia. 

Melawan takut


Lewat film “Senyap” kita melihat bagaimana Adi melawan rasa takut. Adi mendatangi langsung orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan kakaknya, juga dengan keluarga para pelaku yang tak tahu apa-apa. 


Dengan santun, ia menjelaskan identitas dirinya sebagai adik dari Ramli yang dibunuh pada masa itu. Penjelasan itu tak serta merta disahut dengan permintaan maaf yang dicari Adi. Dan selama percakapan itu terjadi, penonton diajak ikut menahan marah, geram, sedih juga kecewa bersama Adi. 


“Kami hanya ingin berhenti dianggap sebagai orang jahat dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Kami ingin berhenti dianggap sebagai kelompok yang hina dan khianat,” tulis Adi dalam sambutan setelah film “Senyap” memenangkan penghargaan. 


“Kami tidak pernah melakukan kesalahan yang pantas dihukum dengan cara keji seperti apa yang terjadi pada tahun 1965.”


Mencari maaf 


Adi berada di kediaman keluarga almarhum Amir Hasan. Amir Hasan adalah orang yang membuat ilustrasi di buku “Embun Berdarah” yang merinci pembunuhan terhadap 32 orang di Sungai Ular, Deli Serdang. Di antara para korban ada Ramli, kakak Adi. 


Di hadapan istri almarhum Amir Hasan dan kedua anaknya, Adi menjelaskan bagaimana Ramli dibunuh – seperti yang ada dalam buku. 


Istri almarhum yang berkebaya coklat sesekali menggeleng, menghela nafas, wajahnya tampak sangat bingung. “Saya tidak tahu apa-apa,” kata sang istri sembari menahan tangis. 


Kedua anak almarhum Amir Hasan mengakui hal yang sama. “Kami tidak tahu apa yang dilakukan Bapak di luar,” kata salah satu anaknya dengan gusar. 


Dalam laman resmi film “Senyap” sutradara Joshua Oppenheimer mengibaratkan film ini sebagai momentum bagi kesenyapan. “Sebuah pengingat bahwa walaupun kita ingin meneruskan hidup, memalingkan pandangan dan memikirkan hal-hal lain ,tak ada yang bisa mengembalikan keutuhan apa yang telah dirusak.”


“Joshua membuat film yang membuat luka terbuka,” kata sang anak sembari mencabut mikrofon dari baju ibunya. 


Di tengah kegusaran kedua anaknya, istri Amir Hasan berucap lembut: maaf. 


Kata yang sama keluar dari mulut perempuan yang ayahnya dikenal sebagai ‘pahlawan’ oleh warga sekitar karena ‘memberantas komunisme’. 


“Maafkan bapak ya,” kata si perempuan pelan seraya menyambut Adi yang mendekat dan memeluknya. 



Simak penjelasan Joshua Oppenheimer soal film “Senyap” setelah menerima penghargaan di Venice Film Festival. 


Film ini akan diputar resmi di Indonesia mulai November mendatang. Film ini bisa diputar secara independen di seluruh Indonesia terhitung 10 Desember 2014 untuk memperingati Hari HAM Internasional. Kontak tim produksi film “Senyap” di laman resminya www.filmsenyap.com 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending