KBR68H, Jakarta - Pemangkasan bea masuk kedelai menjadi 0 persen dinilai tidak tepat karena hanya dijadikan jalan pintas untuk menurun harga. Menurut Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, kebijakan ini akan merugikan petani. Sebab hanya importir kedelai yang diuntungkan dalam kebijakan tersebut. (Baca: Menteri Hatta: Bea Masuk Impor Kedelai Dihapus)
"Pemerintah kreatif ambil mudahnya, sehingga harga menurun. Tapi kan targetnya itu kan hanya harga saja. Sementara ini kan kenapa pemerintah, setiap ada gejolak harga langsung yang diambil impor. Karena memang orientasinya jangka pendek. Yang penting harga stabil, yang penting orang tidak protes tanpa ada perhitungan yang komprehensif," ujar Enny Sri Hartati kepada KBR68H, Minggu (22/9).
Direktur INDEF Enny Sri Hartati menambahkan, penghilangan bea masuk kedelai akan memperburuk produksi petani lokal. Mereka tidak akan mampu menyaingi kedelai impor. Seharusnya, kata dia, pemerintah menyelesaikan persoalan persaingan bisnis kedelai di kalangan importir, sehingga harga dapat seragam. (Baca: Mau Bagaimanapun, Harga Kedelai Tetap Naik)
Sebelumnya, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) memangkas bea masuk kedelai dari 5% menjadi 0%. Penghapusan bea masuk ini dilakukan karena mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat masih lemah. Akibatnya, harga kedelai impor melonjak tinggi.
Editor: Nanda Hidayat