KBR68H, Jakarta – Ekspor kopi Indonesia belum didorong oleh produk-produk yang bernilai tambah. Hingga saat ini ekspor Indonesia masih didominasi oleh barang-barang komoditas. Ketua Forum Dialog Himpunan Penguasaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira mengatakan, perlu strategi untuk peningkatan nilai tambah ekspor kopi Indonesia.
“Keunggulan kompetitif dan komparatif kita harus dimaksimalkan sehingga memungkinkan terciptanya surplus" ungkap Anggawira kepada KBR68H di sela-sela acara dialog bertajuk tentang peningkatan ekspor kopi yang diadakan dikantor HIPMI Jakarta pada hari Kamis (11/9).
Karena itulah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) bersama stake holder yang lain yaitu pemerintah, Kampus IPB, AEKI dan OISCA mencoba saling bekerjasama untuk mendorong peningkatan produksi kopi nasional dengan melakukan kerja sama dari hulu hingga hilir.
Menurut Anggawira, kerjasama tersebuy antara lain memberi pupuk yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau bagi para petani. Selain itu, penggantian tanaman tua dengan tanaman bibit unggul yang diberikan secara gratis kepada petani, serta melakukan penyuluhan kepada petani untuk melakukan budidaya kopi dengan benar.
”Program ekstensifikasi pun dilakukan dengan cara pembukaan lahan baru untuk kopi arabika pada lahan-lahan yang sesuai seperti di Aceh Tengah (Aceh), Cangkringan (Yogyakarta), Tana Toraja (Sulawesi Selatan), Flores dan Papua. Dan yang tidak kalah penting mendorong terciptanya merek-merek lokal yang mampu bersaing dilevel internasional, karena kopi saat ini sudah menjadi tren dan bagian dari gaya hidup,”ujar Anggawira.
Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbaik di dunia yang memiliki beragam varian jenis kopi dengan hasil mutu dan kwalitas nomor wahid.
Kopi juga menjadi salah satu bagian di antara 10 komoditas unggulan penyumbang devisa negara, bahkan kopi telah menjadi simbol yang melekat bagi Indonesia yang merupakan produsen kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Namun beberapa tahun terakhir ini, nilai devisa negara dari ekspor komoditas ini masih fluktuatif meski menunjukkan trend peningkatan.
Menurut data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat defisit neraca perdagangan hingga Juli 2013 mencapai US$ 2,31 miliar. Dengan demikian, secara kumulatif dari Januari hingga Juli neraca perdagangan mengalami defisit hingga US$ 5,65 miliar. Defisit ini terbesar sepanjang sejarah.
Melihat luas area lahan produktif perkebunan kopi Indonesia dewasa ini hanya mencapai 950.000 hektar dari luas area yang seharusnya yakni 1,3 juta hektar. Maka, jika dibandingkan dengan negara lain tingkat produktifitas kita masih sangat rendah, rata-rata kita hanya mampu menghasilkan kopi perhektar seberat 2 ton, sedangkan Vietnam mencapai 3 ton per hektar, bahkan Brazil mampu memproduksi hingga 4 ton per hektar,”pungkas Anggawira.
Editor: Doddy Rosadi
HIPMI: Perlu Strategi untuk Tingkatkan Nilai Tambah Ekspor Kopi
KBR68H, Jakarta

NASIONAL
Jumat, 13 Sep 2013 08:30 WIB


ekspor kopi, nilai tambah, HIPMI
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai