KBR, Jakarta - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengingatkan kembali derita masyarakat adat O'Hangana Manyawa atau Tobelo Dalam, yang dikriminalisasi dan terusir dari wilayahnya akibat ekspansi tambang nikel.
Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi menjelaskan, masyarakat adat O'Hangana Manyawa atau Tobelo Dalam berada di belantara hutan Halmahera, Maluku Utara. Mereka, kata Rukka, distigmakan dengan sangat buruk hanya demi kepentingan konsesi tambang nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik.
"Yang terjadi saat ini adalah karena kebutuhan akan nikel. Mudah-mudahan Elon Musk mendengar ini. Karena kebutuhan akan baterai, maka saudara-saudara kita O'Hangana Manyawa menjadi tumbal dari mobil baterai yang kita punya. Mereka, karena telah diawali dengan stigma sebagai orang bodoh, orang tidak beragama, tidak bisa berbahasa Indonesia, orang jahat, orang kotor, primitif," ujar Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi saat Konferensi Internasional dengan tema "Masyarakat Adat : Pengetahuan, Praktik dan Inovasil", Jumat (9/8/2024).
Rukka juga mengingatkan, sejak sepuluh tahun terakhir keberadaan masyarakat adat O'Hongana Manawa atau Tobelo Dalam di Halmahera sudah ditetapkan sebagai masyarakat adat yang hampir punah.
Hutan belantara Halmahera yang mereka jaga, kata Rukka, kini semakin tergerus habis akibat ekspansi proyek tambang.
Hari ini (Jumat 9 Agustus 2024) diperingati sebagai Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia. Peringatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi hak-hak populasi masyarakat adat dunia.
Baca juga: