KBR, Jakarta - Sejumlah tantangan ekonomi global hingga El Nino dikhawatirkan menimbulkan lonjakan inflasi. Pemerintah menyebut telah melakukan sejumlah upaya untuk memastikan inflasi terkendali.
Presiden Joko Widodo menargetkan angka inflasi terkendali di bawah 3 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Menurut Jokowi, inflasi saat ini sudah di bawah 4 persen.
"Inflasi kita memang turun secara nasional dari 4 ke 3,5 ya. Kita harapkan nanti bulan September Oktober sudah di bawah 3 kita harapkan," kata Jokowi usai meninjau Pasar Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 11 Juli 2023.
Badan Pusat Statistik BPS mencatat inflasi pada Juli lalu sebesar 3,08 persen secara tahunan (year on year) dan 0,21 persen secara bulanan (month to month).
Penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Juli 2023 adalah kelompok transportasi. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar secara bulanan antara lain angkutan udara, daging ayam ras, cabai merah, dan bawang putih.
Baca juga:
Di sisi lain, Bank Indonesia memperkirakan fenomena cuaca ekstrem El Nino akan berimbas pada inflasi pangan terutama bahan makanan yang bergejolak, contohnya beras.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida Budiman mengatakan, lembaganya telah menyiapkan langkah antisipasi dampak El Nino. Di antaranya melalui gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
"Kita bikin beberapa skenario ada skenario yang lemah moderat dan kemudian juga yang kuat Nah kalau yang lemah ini sudah kita masukkan ke dalam baseline kita untuk proyeksi inflasi berdasarkan itu semua hitungan kami mengatakan Apapun yang terjadi itu mudah-mudahan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1 tahun 2023 dan tetap konsisten untuk nanti kita di 2024 2,5 plus minus 1," kata Aida Budiman, Jumat (23/6/2023).
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ekonomi global pada tahun ini akan gelap gulita. Walaupun, agak lebih baik dari perkiraan. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun drastis dari tahun sebelumnya 6,3 persen menjadi 2,1 persen.
Menurut Sri Mulyani, kondisi ketidakpastian global, El Nino hingga isu disparitas menjadi tantangan dalam pengendalian inflasi nasional.
Demi menekan inflasi, Kemenkeu memberikan penghargaan berupa insentif fiskal untuk pemerintah daerah yang berhasil mengendalikan inflasi. Total alokasi insentif yang diberikan kepada daerah yang berhasil menangani inflasi pada tahun ini mencapai Rp1 triliun.
"Jumlah penerima alokasi adalah 33 daerah yang terdiri dari 3 provinsi, 6 kota, 24 kabupaten. Ini untuk periode pertama dan kedua. Untuk periode ketiga, nanti ada 34 daerah dari 3 provinsi, 6 kota, dan 25 kabupaten," kata Sri Mulyani, Senin (31/7/2023).
Namun, Sri Mulyani meminta insentif fiskal dari pemerintah pusat digunakan hanya untuk kegiatan yang langsung bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya bantuan modal, bantuan sosial, bantuan bibit, subsidi bunga untuk UMKM, pemberian beasiswa, serta kegiatan yang memberikan manfaat pada masyarakat miskin.
Baca juga:
Sementara itu kalangan pedagang meminta pemerintah mengendalikan harga-harga pangan yang belakangan terus naik. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia IKAPPI memperkirakan kenaikan harga pangan saat musim kemarau ekstrem berpotensi semakin tinggi.
Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan pemerintah harus segera mencari solusi terkait pengendalian harga pangan. Jika tidak, maka harga pangan akan semakin tidak terkendali.
"Sangat, sangat berpotensi (naik). Saat ini saja panen masih relatif aman pengendalian harganya tinggi, gimana nanti El Nino? yang barangnya gak ada, inikan terkait supply and demand. Kalau pelaksanaan pengawalan pangan masih sama seperti sekarang, ditambah dengan beban El Nino yang cukup tinggi maka kami pesimis kalau masalah pangan ini dapat diselesaikan dalam waktu dekat," ujar Mansuri, Kepada KBR, Kamis (29/6/2023).
Abdullah Mansuri menyebut komoditas yang berpotensi mengalami kenaikan harga tinggi saat El Nino antara lain cabai, bawang merah, bawang putih, dan beras.
Kalangan ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan global lebih melambat untuk pertama kalinya setelah pandemi COVID-19.
Direktur Eksekutif lembaga kajian ekonomi CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan pertumbuhan ekonomi secara global menurun tajam dibandingkan pada tahun 2022. Hal tersebut kata dia bakal berdampak pada inflasi.
"Jadi dari 2020 ke 2022 itu trennya membaik, tetapi setelah 2022 efek daripada kondisi Geopolitik tahun 2022 yang berdampak pada inflasi yang direspon juga dengan pengetatan dari sisi moneter dan fiskal akhirnya pada tahun ini diprediksikan bahwa kondisi ekonomi akan melambat untuk pertama kalinya setelah pandemi," ujar Faisal, dalam acara Midyear CORE Indonesia 2023, Kamis (27/7/2023).
Editor: Agus Luqman