Ke Jogja, Mahfud MD Kembali Mengajar

KBR, Jakarta - Pakar hukum tata negara Mohammad Mahfud MD kembali ke Yogyakarta, setelah beberapa hari di Jakarta.

Namanya batal menjadi calon pendamping Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019---tergeser Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Maruf Amien.

KBR mencoba menemui Mahfud di kantornya, MMD Initiative Justice & Democracy, di Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat (10/8/2018), usai menunaikan salat Jumat.

Tampak lelah, bekas Ketua Mahkamah Konstitusi itu menyapa reporter KBR.

"Kamu dari mana?" tanya Mahfud seraya meneliti tanda pengenal jurnalis KBR Muthia K Wardani. Setelah itu ia beranjak masuk ke dalam kantor.

Asisten Mahfud MD menjelaskan Mahfud tidak memiliki pernyataan apapun terkait pemilu presiden kepada awak media.

"Bapak sedang puasa dulu ngomong itu dulu. Bapak sudah berkomentar banyak di twitter dan media semalam," kata salah seorang asisten Mahfud MD.

Sehari sebelumnya, Mahfud MD mengatakan menerima keputusan Jokowi yang memilih KH Maruf Amin sebagai bakal calon wakil presiden, meski sebelumna nama Mahfud MD sudah muncul di berbagai media sosial sebagai bakal pendamping Jokowi.

Perubahan nama bakal cawapres Jokowi dari Mahfud MD menjadi Maruf Amin berubah di menit-menit terakhir menjelang deklarasi pada Kamis sore.

"Itu biasa dalam politik. Kita harus lebih utamakan keselamatan negara daripada sekadar nama Mahfud atau Maruf Amin. Kita terima itu sebagai keputusan," kata Mahfud MD kepada wartawan.

Selang 2,5 jam kemudian, Mahfud meninggalkan kantor menuju mobil berplat nomor B 1083 RFS.

Diiringi para asisten, Mahfud kembali menolak berkomentar terkait pilpres. Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu hanya tersenyum ketika ditanya kemungkinan jika masuk tim pemenangan kampanye Jokowi-Maruf Amin.

Mahfud MD berangkat ke bandara pukul 15.00 WIB menuju Yogjakarta. Menurut asistennya, Mahfud hendak ke Sleman untuk mengajar di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII). Belum jelas berapa lama ia menghabiskan waktu di kota pendidikan itu.

Editor: Agus Luqman