KBR, Jakarta- Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap pimpinan kelompok teroris Katibah Gonggong Rebus (KGR), dan lima anggotanya di Batam, Kepulauan Riau. Juru bicara Polri, Agus Rianto mengatakan, kelompok teroris GRD merupakan fasilitator keberangkatan warga negara Indonesia ke Suriah melalui Turki.
"Tadi pagi, pada hari jumat itu kita melakukan penangkapan pada enam orang yang diduga merupakan kelompok teroris yang mungkin belum pernah dengar namanya yakni KGR," kata Agus di Mabes Polri, Jumat (05/06/16).
Agus mengatakan, enam orang dibekuk di tempat yang berbeda. Mereka yakni inisial GRD (31) yang merupakan pimpinan kelompok, beserta lima anggotanya berinisal TS (46), ES (35), T (21), HGY (20), dan MTS (19).
"GRF juga diduga menjadi penerima dan penyalur dana kegiatan radikalisme yang berasal dari Bahru Naim," kata Agus.
Saat mengatur keberangkatan warga negara Indonesia ke Suriah, Agus menjelaskan, GRD dibantu oleh WNI yang berada di sana untuk melancarkan tujuan mereka. Tak hanya sebagai fasilitator keberangkatan WNI ke Suriah, GRD juga pernah menampung dua orang Uighur bernama Ali dan Doni.
"Ali tertangkap bersama Abu Musab di Bekasi," ujarnya.
Ali masih terkait dengan pelaku bom bunuh diri di Solo, Nur Rohman. Ia dijemput Nur dari Batam ke Bogor sebelum dititipkan ke Abu Musab di Bekasi.
Singapura
Kepolisian menyebut kelompok Teroris Katibah Gonggong Rebus (KGR) merencanakan aksi teror dengan mengirim roket ke Singapura. Juru bicara Polri, Agus Rianto mengatakan, hal itu diketahui dari keterangan pemimpin dan lima anggota KGR yang ditangkap Densus 88.
"Yang bersangkutan bersama BN (Bahru Naim) pernah merencanakan melakukan serangan teror ke negara tetangga kita yaitu Singapura. Mereka berencana menyerang dengan roket dari Batam ke Singapura," kata Agus di Mabes Polri, Jumat (05/08/16).
Selain berencana menyerang Singapura, menurut Agus, KGR juga merencanakan aksi di beberapa tempat. Mereka merencanakan bom bunuh dini dengan sasaran tempat keramaian dan objek vital termasuk kantor polisi.
"Mereka mengembangkan sel teroris selain di Indonesia juga di Asia Tenggara," jelas Agus.
Editor: Rony Sitanggang