KBR, Jakarta- Kepolisian Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah telah meminta keterangan para pengurus dan seluruh karyawan Gereja Santo Yusuf Pekerja di Klaten, Jawa Tengah. Hal ini dilakukan untuk menyelidiki dugaan perusakan di rumah ibadah tersebut. Salah satu tokoh gereja, Sukawalyana mengatakan, menyerahkan sepenuhnya proses hukum itu ke kepolisian.
"Memang sudah ada pemanggilan, tetapi masih dalam penyelidikan. Tidak ada yang tahu siapa yang melakukan (pengrusakan), kami menyerahkan ke pihak keamanan. Karena tidak ada orang yang tahu, sama sekali tidak ada yang tahu," kata Romo Sukawalyana kepada KBR, Kamis (11/8/2016).
Ia mengungkapkan, kini tokoh dan pengurus gereja fokus untuk meredam kondisi agar tak mengikuti keinginan kelompok yang berusaha memprovokasi.
"Justru itu (meredam situasi--Red) yang kami lakukan yaitu kami biasa saja karena toh kerusakannya tak seberapa. Itu simbolik saja dan bisa kami ganti yang baru. Itu sangat mudah, kami tinggal pasang Bunda Maria yang lain itu kan sudah lengkap sarananya. Tapi sekarang masih kami kosongkan," imbuhnya.
Pengelola gereja menduga peristiwa perusakan ini merupakan provokasi dari pihak tertentu. Itu sebab, ia mengimbau para jemaat Gereja Santo Yusuf Pekerja tidak terprovokasi dengan kejadian ini.
Sukawalyana menambahkan, proses ibadah di Gereja Santo Yusuf Pekerja berlangsung seperti biasa. Bahkan, sesaat setelah pemindahan Patung Bunda Maria dan rusaknya Patung Yesus. Upaya merusak simbol agama itu, kata dia, sama sekali tak mengurangi esensi ibadah jemaat.
"Kami tetap ibadah seperti biasa, tidak ada gangguan apa-apa. Tidak ada yang membedakan dengan hari-hari sebelumnya," pungkasnya.
Editor: Rony Sitanggang