KBR, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut sebagian besar lahan terbakar berada di luar kawasan konsensi. Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan lahan yang terbakar adalah lahan milik perusahaan yang dikhususkan untuk kawasan lindung.
Meski begitu, BNPB yakin tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.
"Memang kebanyakan ada di derah di luar-luar. Open access itu adalah lahan konsensi milik perusahaan, tetapi karena peraturan mengamanatkan tidak seluruh area itu bisa ditanami, harus jadi kawasan lindung, maka kawasan lindung itu yang oleh masyarakat dianggap sebagai kawasan tak bertuan. Di situlah yang sering kali dirambah, dibakar, kemudian dijadikan perkebunan," kata Sutopo di kantornya, Senin(29/8).
Potensi kebakaran hutan dan lahan diprediksi masih akan tinggi hingga bulan September. Puncak kekeringan di tahun ini kata Sutopo diprediksi akan terjadi di bulan itu. Daerah utara khatulistiwa akan menjadi wilayah paling rawan. Selain itu, Riau dan Jambi pun masih rawan.
Meski begitu, BNPB masih yakin kebakaran tidak akan terjadi separah tahun lalu. Data BNPB menunjukkan jumlah hotspot menurun 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bulan Agustus 2015, jumlah titik hostpot seluruh Indonesia mencapai 17.728. Sementara untuk bulan yang sama ditahun ini, ada 3.068 titik hotspot.
Kendati begitu, BNPB menurunkan personel lebih banyak untuk menangani kebakaran hutan tahun ini. Mereka juga menyiapkan dana siap pakai hingga Rp 500 miliar untuk menangani kebakaran.
"Sektor udara, BNPB sudah siapkan 4 helikopter water bombing, 2 pesawat water bombing, 1 hujan buatan. Di Jambi ada 1 helikopter. Sumatera Selatan 3 helikopter dan 1 pesawat hujan buatan. Kalbar 2 helikopter, Kalteng 2 helikopter, dan Kalsek 1 helikopter." kata Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Untuk operasi darat, di Riau pemerintah menurunkan 7200 personel gabungan TNI, Polri, BNPB, BPBD, Manggala Wanabhakti, masyarakat, dan karyawan perusahaan. Sementara di Jambi ada 7000 personel yang bekerja. Masing-masing provinsi lain dengan potensi tinggi dijaga okeh 5000-7000 personel. Ini dikakukan, ujar dia, untuk mencegah masyarakat melakukan perambahan.
"Masyarakat kita itu kalau lihat helikopter terbang mereka ga takut, bisa sembunyi. Tapi kalau lihat orang pakaian loreng-loreng patroli, mereka takut," kata Sutopo.
Sutopo mengeluhkan partisipasi perusahaan dalam pemadaman kebakaran lahan ini masih rendah. Padahal, peraturan Menteri KLHK mewajibkan perusahaan ikut andil memadamkan api sekalipun api ada diluar kawasan konsensi.
Hingga saat ini mereka belum bisa menyebut berapa luas lahan yang terbakar tahun ini. Namun kata Sutopo, BNPB menargetkan penanganan kebakaran tuntas bulan Oktober mendatang.
Editor: Rony Sitanggang