KBR, Jakarta- Kelompok disabilitas akan melakukan survei aksesibilitas terhadap Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang baru diresmikan pekan ini. Hal ini dilakukan setelah bandara tersebut menerapkan kebijakan bandara hening, yang mengurangi pengumuman audio.
Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Aria Indrawati mengatakan kebijakan itu mengancam hak-hak tunanetra. Sebab, penumpang tunanetra mengandalkan pengumuman lewat suara. Selain itu, kata dia, petugas di bandara-bandara Indonesia tidak tanggap terhadap penumpang disabilitas.
Karena itu, sejumlah kelompok disabilitas akan mensurvei bandara secara keseluruhan. Pihaknya akan menilai apakah rancangan baru itu memenuhi hak-hak segala bentuk disabilitas. Survei rencananya akan dilakukan pada bulan ini.
"Baik akses informasi, akses fisiknya, toiletnya, boardingnya apakah ada garbarata atau tangga, dan sebagainya," tandasnya kepada KBR, Selasa (9/8/2016) malam.
"Kan itu sudah ada standarnya bagaimana bandara yang aksesibel itu baik secara fisik dan non-fisik. Nanti kita menggunakan parameter itu," tambahnya lagi.
Aria menambahkan, hasil survei itu akan diserahkan kepada Kementerian Perhubungan untuk ditindaklanjuti. Pihaknya akan meminta bandara direnovasi sampai memenuhi bentuk fisik yang aksesibel.
"Mendesain fasilitas umum kan harus disability inclusive," katanya lagi.
Namun, jika bandara sudah tidak bisa berubah, Pertuni meminta penambahan petugas untuk mendampingi penumpang disabilitas. Kata dia, hal itu dilakukan di bandara Incheon, Korea Selatan. Bandara itu juga menerapkan kebijakan bandara hening namun menyiagakan petugas yang tanggap disabilitas.
Editor: Rony Sitanggang