Bagikan:

Perang argumen dengan JK, Rizal Ramli: Baca Pesan Berantai Adhie Massardi

Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli tidak mau berkomentar mengenai perang argumen di media antara dirinya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

BERITA | NASIONAL

Rabu, 19 Agus 2015 14:28 WIB

Author

Erric Permana

Menko Kemaritiman, Rizal Ramli. (Efrimal Bahri/Antarafoto)

Menko Kemaritiman, Rizal Ramli. (Efrimal Bahri/Antarafoto)

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli tidak mau berkomentar mengenai perang argumen di media antara dirinya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Perdebatan tersebut, berkaitan dengan proyek pembangunan listrik 35 ribu megawatt.

Saat ditanya wartawan mengenai hal itu, Rizal Ramli meminta wartawan untuk membaca pesan berantai yang dibuat oleh Adhie M Massardi, yang merupakan bekas Juru Bicara Bekas Presiden Abdurrahman Wahid.

"Baca tulisannya Mas Adhie M Massardi. Pokoknya baca tulisan Mas Adhie Massardi. (Yang broadcast itu yah pak ?) iyah," ujarnya di Kantor Presiden.

Sebelumnya, Menko Maritim Rizal Ramli menantang Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk berdebat secara terbuka mengenai proyek pembangunan listrik 35 ribu Megawatt.

Berikut pesan berantai yang disebut Rizal Ramli:

“Kegaduhan di Kabinet Pasca Reshuffle”
 
Ada yg minta komen saya atas kegaduhan politik pasca reshuffle. Ini jawaban saya:
 
 
KALAU SAJA PAK JK NEGARAWAN
 
Kalau saja Pak JK (Jusuf Kalla) hadir sbg negarawan, yg tindak-tanduknya hanya demi kemaslahatan rakyat, negara & bangsa, & tdk memiliki konflik kepentingan, tak akan muncul kegaduhan politik di level kabinet spt sekarang.
 
Pak JK itu kan WaPres, & pejabat negara paling senior (sepuh) di republik ini. Sesuai usianya, seharusnya lbh bijak dalam menyikapi saran & gagasan perbaikan pemerintahan, dari mana pun datangnya. Sehingga jadi teladan bagi anggota kabinet lainnya. Tdk malah menanggapinya secara emosional.
 
Pak JK seharusnya memelopori perubahan mental masyarakat yg apabila mendengar “gagasan yg benar”, bukannya segera dilaksanakan, tapi mempersoalkan “siapa & bagaimana cara menyampaikannya”. Padahal gagasan kebenaran tetaplah gagasan kebenaran, meskipun disampaikan Menko Kemaritiman dgn cara yg dianggap tdk lazim.
 
Presiden AS Franklin D Roosevelt tdk akan bisa mengakhiri PD II kalau tdk merespon gagasan Albert Einstein, ilmuwan urakan rambut awut-2an, yg disampaikan hanya lewat surat. Tp sejarah mencatat, surat itu gagasan bikin bom atom yg kemudian dijatuhkan di Hiroshima & Nagasaki, sbg penutup PD II.
 
Bangsa Jepang yg feodalistik tdk akan semaju skr kalau tdk merespon gagasan Sakichi Toyoda, anak tukang kayu miskin, pendiri industri otomotif merk Toyota, pendorong Negeri Matahari Terbit menuju negara industri terkemuka di muka bumi.
 
Bahkan mungkin kita akan tetap hidup dalam kegelapan kalau tetap berkutat pada cara pan&g “siapa & bagaimana cara gagasan disampaikan”. Karena temuan lampu pijar & kelistrikan dikembangkan Thomas Alva Edison, orang Amerika yg tuli itu.
 
Makanya, bangsa Indonesia hrs sgr mengubah mental itu. Menghormati “gagasan kebenaran”, & bukan mempersoalkan siapa & bagaimana cara gagasan itu dilontarkan.
 
Pak Jusuf Kalla bisa jadi pelopor perubahan mental itu. [Adhie M Massardi]


Editor: Rony Sitanggang

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending