KBR, Banyumas – Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Achmad Sodiq menilai kelangkaan daging sapi yang menjadi isu nasional sebenarnya hanya terjadi di sentra konsumsi. Sedangkan di wilayah produksi, mulai wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan wilayah Indonesia timur, menurutnya, tak terjadi kelangkaan.
Akhmad Sodiq menjelaskan dua daerah konsumsi terbesar di Indonesia adalah Jakarta dan Bandung. Pemenuhan kebutuhan daging sapi dua daerah tersebut lebih banyak dipenuhi sapi potong yang diimpor dari Austraila. Sapi impor ini sebagian besar digemukkan di wilayah Jawa Barat dan Banten. Karena impor dibatasi, dampaknya baru terasa saat ini.
"Untuk di Wilayah Jawa Barat sumber sapi itu
kan berasal dari sapi ‘feedlot’. Feedloter itu impor. Beberapa periode lalu
kondisi feedloter itu tidak penuh, artinya relatif langka ya. Ada pembatasan
(impor). Itu yang terjadi di wilayah Jawa Tengah ke barat. Sebab feedloter
lebih banyak ada di daerah barat. Sedangkan di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur
itu kan tidak terjadi. Karena pasokan dari peternakan rakyat daerah masih
banyak," kata Akhmad, Rabu (12/8/2015).
Achmad Sodiq menambahkan untuk wilayah Jawa Tengah ke timur, kebutuhan daging sapi lebih banyak dipenuhi dari sentra peternakan rakyat, sehingga kebutuhan daging sapi terjamin. Selain peternakan kelompok, ada pula peternakan perorangan di wilayah perdesaan yang populasinya mencukupi. Jika sampai terjadi kenaikan harga, menurut dia, itu hanya bagian dari “trend” lantaran mekanisme pasar yang tak stabil.
Editor: Malika