Bagikan:

Kelangkaan Daging Sapi Dinilai Hanya Terjadi di Sentra Konsumsi

Untuk wilayah Jawa Tengah ke timur, kebutuhan daging sapi lebih banyak dipenuhi dari sentra peternakan rakyat, sehingga kebutuhan daging sapi terjamin.

BERITA | NASIONAL

Rabu, 12 Agus 2015 11:41 WIB

Kelangkaan Daging Sapi Dinilai Hanya Terjadi di Sentra Konsumsi

Ilustrasi peternakan sapi. Foto: Antara

KBR, Banyumas  – Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Achmad Sodiq menilai kelangkaan daging sapi yang menjadi isu nasional sebenarnya hanya terjadi di sentra konsumsi. Sedangkan di wilayah produksi, mulai wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan wilayah Indonesia timur, menurutnya,  tak terjadi kelangkaan.

Akhmad Sodiq menjelaskan dua daerah konsumsi terbesar di Indonesia adalah Jakarta dan Bandung. Pemenuhan kebutuhan daging sapi dua daerah tersebut lebih banyak dipenuhi sapi potong yang diimpor dari Austraila. Sapi impor ini sebagian besar digemukkan di wilayah Jawa Barat dan Banten. Karena impor dibatasi, dampaknya baru terasa saat ini.

"Untuk di Wilayah Jawa Barat sumber sapi itu kan berasal dari sapi ‘feedlot’. Feedloter itu impor. Beberapa periode lalu kondisi feedloter itu tidak penuh, artinya relatif langka ya. Ada pembatasan (impor). Itu yang terjadi di wilayah Jawa Tengah ke barat. Sebab feedloter lebih banyak ada di daerah barat. Sedangkan di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur itu kan tidak terjadi. Karena pasokan dari peternakan rakyat daerah masih banyak," kata Akhmad, Rabu (12/8/2015).

Achmad Sodiq menambahkan untuk wilayah Jawa Tengah ke timur, kebutuhan daging sapi lebih banyak dipenuhi dari sentra peternakan rakyat, sehingga kebutuhan daging sapi terjamin. Selain peternakan kelompok, ada pula peternakan perorangan di wilayah perdesaan yang populasinya mencukupi. Jika sampai terjadi kenaikan harga, menurut dia, itu hanya bagian dari “trend” lantaran mekanisme pasar yang tak stabil. 

Editor: Malika

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending