KBR, Jakarta- Bank Indonesia (BI) memperkirakan depresiasi mata uang Tiongkok, Yuan, masih akan terus berlanjut. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, ini karena Tiongkok sungguh-sungguh ingin membuat ekspor mereka lebih kompetitif dan mampu mengendalikan impor. Sebagai negara yang menjadi mitra dagang utama, Indonesia akan terkena dampaknya. Namun Bank Indonesia yakin pemerintah mampu menghadapinya. Ini ditunjukkan dengan respon cepat pemerintah memperkuat kementerian bidang ekonomi. Selain itu hari ini anggota Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan FKSSK juga langsung berkoordinasi.
"Tapi hal ini kalau tidak pandai kita eksekusi, jangan sedih kalau dampak dari penguatan Dolar atau pelemahan Yuan itu akan berdampak terhadap nilai tukar kita. Yang saya ingin tekankan, tadi di forum koordinasi, kita sepakat bahwa kita akan menjaga stabilitas makro ekonomi, menjaga stabilitas sistem keuangan,"kata Gubernur BI Agus Martowardojo usai koordinasi bersama anggota bersama Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di Kementerian Keuangan, Kamis (13/8/2015).
Sejak Selasa lalu, Bank Sentral Tiongkok (PBoC) mulai melemahkan mata uangnya, Yuan hingga 2 persen terhadap Dolar AS. Ini dilakukan Tiongkok untuk mendongkrak ekspor mereka. Bagi Indonesia, tindakan Tiongkok yang mendadak tersebut membuat nilai tukar Rupiah melanjutkan tren pelemahan dan anjloknya IHSG. Devaluasi Yuan terus berlanjut pada Hari Rabu sebesar 1,62 persen. Sementara hari ini Yuan kembali mendevaluasi sebesar 1,11 persen.
Editor: Malika