KBR, Banyumas – Pengamat peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Achmad Sodiq menilai krisis daging sapi yang terjadi di Indonesia bisa diatasi dengan mendorong peternakan rakyat di perdesaan.
Achmad Sodiq menjelaskan dalam data statistik kebutuhan daging sapi 98 persen dipenuhi peternakan lokal, hanya dua persen saja yang impor. Pemenuhan daging sapi oleh Bulog mulai tahun ini dinilai hanya bersifat sementara. Dalam jangka panjang, Bulog tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan pasar nasional.
Ketersediaan sapi hidup di sentra produksi menurut dia masih mencukupi kebutuhan nasional. Hanya saja, di saat lonjakan permintaan naik siginifikan, sistem pasar, transportasi dan manajemen informasinya tidak berjalan optimal sehingga suplai ke sentra konsumsi terhambat.
Menurut dia, salah satu yang musti dibenahi adalah manajemen informasi antara sentra konsumsi, yaitu Jakarta dan Bandung dengan sentra Produksi yang meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Menurut dia perlu pembenahan sistem pasar yang mampu memprediksi kapan lonjakan permintaan terjadi sehingga sebelum tiba waktunya, sapi hiudp sudah tersedia di sentra konsumsi.
"Bulog itu kan hanya untuk jangka pendek.
Untuk jangka panjang tidak bisa. Itu harus kemandirian. Dalam data, sapi-sapi
di Indonesia itu kan 98 persen berasal dari peternakan yang ada dimasyarakat. Hanya
dua persen yang berasal dari feedloter (impor). Artinya yuang sangat potensial
itu ya harus mengoptimalkan yang ada di perdesaan itu," kata Achmad, Rabu (12/8/2015).
Achmad Sodiq menjelaskan, hanya di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya saja, tersedia ribuan sapi hidup siap potong. Sentra-sentra sapi ini dikembangkan per kelompok yang dibiayai oleh lembaga non profit (institusi pendidikan), perbankan dan investor swasta.
Achmad Sodiq mengklaim, Universitas Jenderal Soedirman sendiri memiliki kelompok peternakan dampingan dengan populasi sapi cukup meyakinkan. Di daerah Datar, Banyumas misalnya, ada kelompok peternak dengan populasi 400 ekor. Di Gandrungmangu, Cilacap populasi sapi kelompok dampingan mencapai 1500 ekor.
Editor: Malika