KBR, Jakarta – Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pola belanja masyarakat Indonesia sudah mulai berubah dalam lima tahun terakhir. Pasar tradisional atau pasar rakyat lebih sering didatangi untuk membeli barang yang spesifik dan tidak ada di pasar modern.
Sementara untuk kebutuhan standar yang digunakan sehari-hari, masyarakat cenderung memilih untuk berbelanja di pasar modern. Menurut Bayu, pergeseran ini tidak akan mengganggu keberadaan pasar rakyat selama pemerintah terus melakukan pengawasan dan perencanaan yang matang.
“Dalam hal ini strategi Kementrian Perdagangan utamanya adalah justru mendorong supaya pasar-pasar rakyat bisa lebih baik. Disamping, tentu kita juga tingkatkan pengawasan dan perencanaan supaya tidak sampai terjadi persaingan yang tidak sehat,” kata Bayu.
“Misalnya, sudah ada peraturan mengenai tata ruang, kalau ada pasar rakyat dalam jarak tertentu tidak boleh ada pasar swalayan atau pusat belanja dan yang mengawasi adalah pemerintah daerah karena sifatnya lokal.”
Bayu menambahkan, pasar rakyat masih dibutuhkan oleh masyarakat. Adanya perubahan pola perilaku ini justru harus menjadi dorongan bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pasar rakyat. Mulai dari infrastruktur pasar hingga kualitas barang yang dijual harus ditingkatkan agar bisa menyamai kualitas pasar modern.
Pergeseran pola belanja masyarakat dari pasar rakyat ke pasar modern merupakan salah satu penyebab rendahnya inflasi bulan Juli yang bertepatan dengan bulan puasa. Tahun ini tingkat inflasi di bulan puasa hanya mencapai angka 0.93 persen, lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi bulan puasa tahun lalu yang mencapai angka 3.29 persen.
Editor; AntoniuS Eko