KBR, Jakarta - PT Pertamina menargetkan penyaluran BBM bersubsidi di seluruh Indonesia akan normal mulai Sabtu (30/8) mendatang. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, mulai hari ini distribusi BBM subsidi akan ditambah dari 81 juta Kilo Liter menjadi 105,3 juta Kilo Liter per hari.
Penambahan distribusi dilakukan guna menuntupi kekurangan pasokan akibat pembatasan distribusi BBM subsidi sejak 18 Agustus lalu. Pembatasan distribusi BBM subsidi sendiri sudah dicabut sejak sore kemarin.
"Sejak kemarin sore saya sudah perintahkan pada seluruh GM Marketing Operation Region untuk segera di recover. Karena sudah terjadi defisit di tangkit timpun SPBU. Hari ini penyaluran secara nasional sejak jam 11.00 WIB tadi sudah diperintahkan untuk menyalurkan 30 persen di atas kebutuhan nasional. Tapi ini perlu waktu karena apa? Mobil tangki yang biasa beroperasi sampai jam 08:00 WIB malam. Yah untuk bisa mengcover 130 persen ini mungkin dia harus bekerja sampai jam 12:00 WIB malam," ujar Hanung di Jakarta, Rabu (27/8).
Hanung menambahkan, kebijakan pembatasan distribusi BBM bersubsidi dilakukan guna mencegah jebolnya kuota BBM bersubsidi hingga 2014. Dengan pembatasan tersebut, konsumsi premium nasional bisa dihemat hingga 5.674 Kiloliter per harinya.
Sedangkan konsumsi solar non subsidi bisa dihemat hingga 5.979 Kiloliter setiap hari. Namun karena kebijakan ini menimbulkan kepanikan masyarakat, pembatasan distribusi BBM subsidi tersebut dicabut.
Sementara itu, untuk mencegah kuota subsidi jebol, Pertamina akan mengawasi mobil dinas Kementerian, BUMN, dan BUMD yang masih menggunakan BBM bersubsidi. Padahal mereka sudah dilarang.
Pertamina sudah menempelkan stiker larangan penggunaan BBM bersubsidi pasa semua mobil tersebut. Namun saat ini semua stiker larangan itu justru dicopot. Pertamina sendiri memastikan kuota BBM bersubsidi sampai akhir 2014 bakal jebol hingga 1,35 juta Kiloliter.
"Tidak berjalan efektif. Saat itu dikeluarkan stiker mobil-mobil yang tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi. Ada stikernya, sampai hari ini saya tidak lagi melihat stiker-stiker itu. Sehingga operator SPBU tidak punya pegangan. Mobil ini mobilnya mobil dinas pemerintah atau mobil swasta. Sehingga itu tidak bisa berjalan," kata Hanung.
Stiker larangan penggunaan BBM besubsidi tadinya juga ditempelkan pada semua mobil operasional perusahaan pertambangan, pertanian, dan kehutanan. Namun semua stiker tersebut juga sudah dicopot.
Menurutnya jika semua mobil tersebut mematuhi aturan, konsumsi premium nasional bisa dihemat hingga 500 ribu Kiloliter setahun. Konsumsi solar subsidi juga bisa dihemat 500 ribu Kiloliter setahun.
Editor: Pebriansyah Ariefana