KBR, Jakarta – Ketika peringatan 17an tiba di setiap bulan Agustus, yang segera terlintas adalah aneka perlombaan serta bendera merah putih berkibar di setiap rumah.
Tapi itu hanya untuk yang tinggal di Indonesia. Sementara untuk yang sedang berkelana ke luar negeri, misalnya untuk sekolah atau bekerja, maka suasana itu tak terasa kental di tempat mereka tinggal sekarang.
Lalu bagaimana cara mereka merasakan Indonesia meski berjarak ratusan kilometer?
Sebagai orang Indonesia yang beberapa tahun ini tinggal di Norwegia, bukan pertanyaan politik yang membuat Nelda Afriany pusing menjawabnya. Yang bikin pusing justru pertanyaan seperti ini: ”Apa makanan khas Indonesia?”
Kata Nelda, ia bingung lantaran Indonesia punya jenis makanan yang sangat banyak dan hanya menyebutkan satu makanan seperti mengabaikan makanan yang lain.
“Permasalahannya, makanan Indonesia kalah terkenal dibandingkan makanan Jepang dan Thailand, misalnya. Jadi kadang bingung menerangkannya, plus gue nggak jago masak pula,” jelasnya.
Seperti kebanyakan orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, salah satu hal pertama yang dicari adalah sesama orang Indonesia. Menurut Nelda, ia kenal dengan beberapa orang Indonesia yang di Norwegia, ”Tapi terus terang nggak bertemu rutin dengan mereka,” jawabnya dalam surat elektronik kepada PortalKBR. ”Biasanya kangen untuk ngobrol dan ngocol hehe...”
Immanuel Kabuhung, yang tinggal di Barcelona, Spanyol, secara khusus bergabung dalam arisan bulanan demi bisa bertemu dengan sesama orang Indonesia. ”Itu salah satu cara untuk kita bersilaturahmi. Ada sekitar 15 orang yang ikut, kumpul bareng pasangan dan anak-anak mereka.”
Sementara Nelda yang tinggal di Trondheim tak bisa setiap saat bertemu atau berkumpul dengan sesame orang Indonesia. “Kebetulan gue nggak tinggal di ibukota, Oslo, jadi nggak selalu bisa ikutan kalau ada undangan dari Kedutaan. Pinginnya ya ikutan kalau bisa, karena pasti ada masakan Indonesianya, hehehe.”
Kalau Nelda tinggal di Norwegia untuk sekolah, maka Immanuel berada di Spanyol karena tinggal bersama pasangannya di sana. ”Waktu itu saya sedang liburan panjang di Lombok, di sana bertemu perempuan asal Swedia yang sudah lama tinggal di Barcelona. Beberapa bulan kemudian saya datang ke Barcelona untuk bertemu dengannya,” tulis Immanuel dalam surat elektroniknya. ”Karena cintalah yang tidak melepaskanku pulang ke tanah air,” katanya seraya menambahkan icon tersenyum.
Jarak yang jauh kini bukanlah hambatan untuk berkomunikasi dengan keluarga yang ada di tanah air. Tinggal pilih, mau lewat media sosial atau menelfon lewat jalur internet seperti Skype, maka keluarga seperti ada dalam jangkauan tangan. ”Saya selalu aktif untuk melihat situasi dan keadaan teman-teman dan saudara di tanah air,” papar Immanuel yang memilih jalur Facebook dan Skype.
Baik Immanuel dan Nelda belum ada rencana pulang ke Indonesia dalam waktu dekat.
“Selama saya ada aktivitas, pekerjaan, teman serta keluarga yang saya cintai, saya akan menetap di sini,” kata Immanuel. “Kecuali jikalau istri saya bilang ‘ayo kita tinggal di Indonesia’, yah saya akan turut serta dengannya.”
Sementara Nelda yang masih sekolah juga belum tahu kapan pulang. “Urusannya belum selesai,” kata Nelda. “Gue berharap dari kuliah gue bisa belajar sesuatu yang praktis dan juga ada sisi wirausahanya. Jadi di mana pun bisa dipakai, termasuk di Indonesia,” kata Nelda lagi.
Satu hal yang pasti akan dilakukan Nelda,”Di mana pun gue berbasis, pinginnya melakukan sesuatu atas nama gue sebagai orang Indonesia,” katanya lagi.