KBR, Jakarta - Masriyah Amva, perempuan pemimpin pesantren Kebon Jambu, Cirebon, Jawa Barat, ini tidak pernah menyangka akan menerima penghargaan SK Trimurti. Penghargaan ini diberikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kepada orang yang menyuarakan kesetaraan gender, pluralisme, dan literasi.
"Bagi saya luar biasa sekali. Ini harus saya jaga," kata Masriyah saat ditemui dalam resepsi HUT ke-20 AJI di Jakarta, Jumat (22/8) sore.
Semua berawal ketika suaminya meninggal 2006. Kala itu, dia harus melanjutkan pesantren yang didirikan bersama suaminya sejak 1993, sambil menghadapi kesedihan. Dia mengungkapkan perasaannya lewat puisi.
"Curhat curhat, nggak berniat jadi buku. Nggak berniat dapat penghargaan," kata Marsiyah.
Marsiyah menceritakan kegemarannya menulis malam ke pagi. Dia biasa menulis dengan tangan di kertas HVS. Bisa sebanyak 10 sampai 20 lembar. Paginya, Masriyah meminta santrinya mengetikkan naskahnya di komputer.
Sudah 12 buku diterbitkan, berupa kumpulan puisi, prosa, hingga narasi. Buku-bukunya antara lain 'Bangkit Dari Terpuruk', 'Menggapai Impian', 'Indahnya Doa Rasulullah', dan 'Meraih Hidup Luar Biasa'.
Dalam 'Bangun dari Terpuruk', dia menceritakan dirinya yang harus kuat setelah ditinggal suami. Semuanya tulisan dikumpulkan hari ke hari, yang tanpa disadari menyoal kesetaraan gender.
Kesetaraan jugalah yang belakangan dia ajarkan kepada 1.200 santrinya. Dia menyatakan perempuan setara dengan laki-laki sebagaimana semula Tuhan menciptakan.
"Bergantung tidak pada laki-laki, bergantung hanya pada Allah," ujarnya.
Masriyah menghindari istilah gender. Dia mengajarkan kesetaraan dengan mendorong santri perempuan aktif tampil dalam berbagai kesempatan. Dia ingin perempuan juga berwawasan luas dan kelak kuat secara ekonomi.
"Apanya yang harus ditentang kalau semuanya setara dengan laki-laki? Kepintaran atau kesetaraan perempuan itu bukan untuk menghabisi atau membantai laki-laki. Tidak sama sekali," katanya.
Masriyah menambahkan, "Para laki-laki nggak perlu takut dengan gerakan kita."
Selain itu, dia juga mengenalkan pluralisme pada santrinya. Pendeta diajak ke pesantren untuk berinteraksi dengan santri. Masriyah mengajarkan santrinya, "Berteman dengan siapa saja, berbuat baik dengan siapa saja itu adalah kekayaan untuk kita."
Bukan sekali Masriyah dicibir karena yang dia perjuangankan. Namun Masriyah memilih tidak meladeni mereka. Dia memilih tulisan sebagai sarana ide-idenya.
"Kita harus cerdas, jangan memakai cara-cara yg tidak disukai orang. Cara-cara yang disukai orang itu lewat budaya dan seni," tutupnya.
Masriyah mengatakan perjuangannya untuk kesetaraan tidak akan pernah selesai. Dia akan terus menyuarakan kesetaraan lewat kisah-kisahnya. Kisah perempuan kuat yang ditinggal orang yang dikasihi.
Editor: Pebriansyah Ariefana
Masriyah Amva, Penerima SK Trimurti 2014
KBR, Jakarta - Masriyah Amva, perempuan pemimpin pesantren Kebon Jambu, Cirebon, Jawa Barat, ini tidak pernah menyangka akan menerima penghargaan SK Trimurti. Penghargaan ini diberikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kepada orang yang menyuarakan keseta

NASIONAL
Jumat, 22 Agus 2014 21:30 WIB


Masriyah Amva, SK Trimurti
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai