KBR, Jakarta – Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang enggan menaikkan harga bbm bersubsidi dinilai sebagai bentuk pembiaran terhadap adanya praktik mafia migas.
Menurut Pengamat politik dari Centre for Strategic of International Studies (CSIS) J. Kristiadi, pakar perminyakan telah menyatakan bahwa salah satu cara untuk memberantas mafia migas adalah dengan mencabut subsidi bbm.
Sebab, kata Kristiadi, mafia bekerja karena ada impor bbm yang harganya tak sesuai yakni bahan bakar tipe Ron 88 (premium, red.) dijual dengan harga bahan bakar dengan Ron 92 (pertamax, red.).
Kebijakan Presiden SBY ini, kata dia, lebih mementingkan kepentingan segelintir orang dari pada kepentingan rakyat.
“Saya rasa, orang di sekeliling Pak SBY di pemerintahan ada rasa gemas juga. Sudah seperti ini bahkan lembaga studi merumuskan soal harga bbm, didiamkan saja kok. Pemerintahan sekarang kalau mau mewariskan sesuatu yang baik maka harus berani memutuskan sebagian ini dan dilanjutkan oleh pemerintahan Pak Jokowi, “ kata pengamat politik dari CSIS J Kristiadi kepada Portalkbr, Jumat (29/8).
Presiden SBY menegaskan tak akan menaikkan harga bbm di akhir masa jabatannya. Alasannya karena sudah terlanjur menaikkan harga gas elpiji serta tarif dasar listrik. Sehingga menaikkan harga bbm akan makin menyengsarakan rakyat. Subsidi bbm pada tahun ini mencapai Rp249,49 triliun.
Editor: Anto Sidharta
Kristiadi: SBY Biarkan Praktik Mafia Migas
Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang enggan menaikkan harga bbm bersubsidi dinilai sebagai bentuk pembiaran terhadap adanya praktik mafia migas.

NASIONAL
Jumat, 29 Agus 2014 11:51 WIB


Kristiadi, SBY, Praktik Mafia Migas
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai