KBR, Jakarta - Pemerintah diminta menaikkan harga BBM bersubsidi sekitar Rp 1.250 per liter untuk menutup lonjakan kuota sebesar 46 juta kiloliter yang diperkirakan habis sebelum akhir tahun ini.
Menurut Pengamat Energi Fabby Tumiwa, pemerintahan SBY harus cepat mengambil langkah penaikan itu untuk menghindari berhentinya kucuran BBM di akhir tahun. Kata dia, jika BBM subsidi melampaui 46 juta kiloliter maka negara akan merugi sekitar Rp 50 triliun.
"Kalau diperkirakan kuotanya tinggal 20-22 juta kiloliter maka kenaikan ideal, untuk menutupi tambahan beban subsidi kalau penjualan BBM bersubsidi tidak dibatasi. Sehingga bisa menyentuh angka 50 juta kiloliter. Maka perhitungan saya terbesar kenaikannya sekitar Rp 1000-Rp1.250 per liter," ungkap pengamat energi Fabby Tumiwa ketika dihubungi KBR, Rabu (27/8).
Pengamat Energi, Fabby Tumiwa menambahkan, penaikkan harga BBM bersubsidi juga harus dilakukan pada pemerintahan yang baru nanti sebesar Rp 3000 - Rp 4000. Hal ini untuk tidak membebani anggaran APBN 2015.
Sebelumnya Pertamina memastikan konsumsi BBM bersubsidi akan melebihi kuota hingga 1,35 juta kiloliter hingga akhir tahun ini. Padahal konsumsi BBM bersubsidi menurut APBN Perubahan harusnya 46 juta kiloliter. Namun karena pencabutan kebijakan pembatasan distribusi BBM bersubsidi, kuota tersebut mesti ditambah menjadi 47,35 juta kiloliter. Pencabutan kebijakan pembatasan distribusi BBM bersubsidi BBM sendiri merupakan instruksi Pemerintah.
Editor: Quinawaty Pasaribu