KBR68H, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia bakal menaikkan harga barang atau komoditas di pasar ritel. Keputusan ini diambil jika dalam kurun waktu dua minggu nilai rupiah masih anjlok.
Wakil ketua asosiasi Tutum Rahanta mengatakan barang ritel seperti elektronik diperkirakan naik 5-10 persen. Pasalnya, hampir 95 persen komiditi ritel Indonesia tergantung pada impor.
"Baik yang dalam negeri yang bisa diproduksi mereka berpatokannya pada luar negeri, contohnya CPO. Produksi di dalam negeri begitu hebat, mereka menjual di luar negeri tetap dalam US Dolar yang sama. Nah apakah mereka kalau mau menjual di dalam negeri mau rugi? Apakah pemerintah punya insentif menjual dengan disparitas harga yang beda dengan mereka ekspor? Tetap seratus ya seratus, seratus dengan yang di luar negeri mereka tidak mengalami kenaikan, tetapi 100 dalam negeri kalau dikurskan berapa," kata Tutu.
Nilai tukar Rupiah kembali mengalami tekanan. Rupiah bahkan mencapai level pelemahan baru di Rp 11.100 per USD. Meski demikian, Rupiah pada akhir penutupan perdagangan berhasil turun di bawah level Rp 11.000 per USD.
Sejumlah pengusaha sudah mengeluhkan anjloknya nilai rupiah tersebut. Bahkan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMI) memprediksi harga makanan dan minuman bakal naik 5-10 persen, jika rupiah terus melemah.
Editor: Antonius Eko