KBR, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio putaran ke-2 di RI menunjukan belum suksesnya pemberian imunisasi di Indonesia.
Piprim mengatakan capaian cakupan imunisasi baik untuk polio ataupun lainnya tidak hanya tugas pemerintah, tapi juga masyarakat perlu meningkatkan kesadaran terkait bahaya polio.
"Sebetulnya PIN ini adalah cerminan bahwa imunisasi kita belum sukses. Kalau sukses kan sebenarnya 2014 kita sudah dinyatakan bebas polio ya. Tapi dengan adanya berbagai kasus yang muncul kembali, maka dilakukan PIN ini. Kami dari IDAI berharap pekan imunisasi serentak di seluruh Indonesia ini nanti diikuti oleh imunisasi rutin yang juga dilengkapi," ujar Piprim kepada wartawan di Kantor IDAI, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2024).
Piprim menyebut, penurunan cakupan imunisasi disebabkan isu mengenai efek samping buruk dari imunisasi polio di media sosial.
"Kegalauan masyarakat terhadap vaksinasi ini harus dibayar mahal dengan cakupan menurun hampir 60 persen, KLB-nya pada bermunculan," kata Piprim.
Piprim mengatakan jika cakupan imunisasi tinggi, angka kasus terhadap penyakit seperti polio dapat dicegah dengan vaksin.
Maka dari itu, Piprim berharap semua orang tua sadar imunisasi bisa melindungi anak dan mencegah dari penyakit.
"Ayo galakkan supaya imunisasi ini cakupannya tinggi kembali. Dan dengan demikian upaya pencegahan ini akan murah dari sisi biaya dan juga yang tidak bisa dinilai adalah kalau anak sudah keburu terkena penyakitnya. Kalau dia kena lumpuh, itu sudah enggak ada harganya," kata Piprim.
Baca juga:
- Pemerintah Kesulitan Capai Target Vaksinasi Polio di Papua
- Presiden Jokowi Imbau Masyarakat Waspadai Merebaknya Polio
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat sepanjang 2022 hingga 2024 ada 12 kasus polio dan 32 anak sehat positif polio yang tersebar di delapan provinsi.