KBR, Jakarta – Kementerian Pertanian mengeklaim 80 persen tanaman obat di dunia berasal dari hutan tropis di Indonesia. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Andi Muhammad Idil Fitri mengatakan, potensi ekspor tanaman obat Indonesia sangat besar.
"Ini potensinya sangat luar biasa, ini diekspor di antaranya kapulaga, temulawak, jahe, kunyit. Tertinggi itu jahe dan kapulaga yang tentunya ke negara Bangladesh, Pakistan, Malaysia, Taiwan, China, dan Singapura, ini sangat-sangat besar potensi untuk ekspor ke depan," ucap Andi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (29/07/2024).
Namun kata Andi, pengembangan tanaman obat di Indonesia tak lepas dari kendala dan tantangan.
"Terutama terkait dengan pengembangan tanaman obat. Produksi petani kita itu belum semuanya memenuhi standar industri dan ekspor, masih terbatasnya benih bermutu, terbatasnya pengetahuan budidaya, kemudian kelembagaannya juga masih lemah tentunya, sulitnya mempertemukan petani dan industri dan tentunya harganya yang masih sangat fluktuatif," ungkap Andi.
Baca juga:
- Kemenkes: Industri Farmasi Lebih Suka Pakai Bahan Baku Impor
- Jastip Obat dari Luar Negeri, Wamenkes: Ilegal
Andi memaparkan luas pengembangan kawasan tanaman obat dari APBN 2022, 2023, dan 2024.
Untuk tahun ini, pemerintah baru membangun 100 hektare lahan jahe di 10 kabupaten. Padahal, tahun lalu mencapai 800 hektare dan 1.000 hektare di tahun 2022.