KBR, Jakarta - Lembaga masyarakat LaporCovid-19 mencatat, tren pasien korona yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) terus meningkat.
Inisiator Lapor Covid-19 Ahmad Arif memaparkan, sejauh ini sudah lebih 450 pasien yang terlacak meninggal saat isolasi mandiri. Mayoritas di Jawa Barat, sebagian lainnya tersebar Yogyakarta, hingga Banten.
Menurut Arif, beberapa kasus juga ditemukan di luar Jawa seperti Sumatra Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, hingga Nusa Tenggara Timur. Dia meyakini masih banyak kasus lain yang belum terdata.
"Kami menemukan bahwa sebagian pasien isoman ini meninggal karena memang tidak terpantau. Dan terlambat dibawa dan ditangani rumah sakit karena memang rumah sakit penuh. Dan beberapa pasien isoman ini sebenarnya sudah dicoba dibawa ke rumah sakit, namun terlambat. Lalu kedua kami melihat bahwa rata-rata pasien isoman ini saat meninggal, itu anggota keluarga lainnya juga positif. Sehingga ini sangat menyulitkan mereka dalam pengurusan jenazah dan yang lainnya. Dan ada risiko juga mereka bisa terlambat kalau tidak ditangani juga," kata Arif dalam diskusi virtual, Senin (12/7/2021).
Arif menambahkan, sebagian kasus isoman meninggal juga terjadi lantaran pasien enggan dibawa ke rumah sakit karena takut di-covid-kan. Sehingga meninggal aibat terlambat memperoleh penanganan.
Kasus inii banyak menimpa pasien-pasien yang cenderung menganggap Covid-19 sebagai penyakit biasa.
Untuk mencegah kasus isoman meninggal meningkat, Arif mendesak pemerintah memperbanyak tempat isolasi terpusat dengan dilengkapi tenaga kesehatan. Selain itu, pemerintah juga diminta mengoptimalkan layanan konsultasi daring.
"Ini juga untuk mencegah terjadinya membanjirnya pasien semua ke rumah sakit. Sehingga yang membutuhkan penanganan segera justru terlambat," ujarnya.
Yang tak kalah penting menurut Arif, sistem pendataan pasien Covid-19 yang isoman harus diperbaiki. Sehingga pemerintah bisa terlibat dalam penanganan dan memberikan edukasi mengenai cara isoman yang tepat.
Editor: Agus Luqman