KBR, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sekitar 5.700 desa di Indonesia yang berpotensi terdampak tsunami. Dari jumlah itu, 584 di antaranya berada di bagian selatan Jawa.
Karena itu, Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengadakan ekspedisi ke kawasan pesisir selatan Jawa untuk mengecek kesiapan jalur evakuasi.
"Kunjungan ini untuk mencari masukan untuk membuat perencanaan tiga tahun ke depan. Salah satu yang kami soroti, yakni pembuatan jalur evakuasi bagi masyarakat terdampak," kata Lilik saat melakukan kunjungan ke Pantai Sadeng, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (24/7/2019).
Infrastruktur Masih Buruk
Dalam ekspedisinya ke selatan Jawa, Lilik menilai masih banyak wilayah yang infrastrukturnya buruk. Di wilayah DI Yogyakarta, yang memiliki infrastruktur baik hanya kawasan Pantai Kwaru, Bantul.
"Jadi tempat-tempat yang rawan tsunami itu jalannya masih belum bagus. Mereka (warga) sudah menentukan sendiri tempat evakuasinya, tetapi akses menuju ke tempat itu, yang masuk di atas bukit itu belum tertata dengan baik. Bahkan kalau dia lewat sungai, jembatannya masih belum ada. Ini kan riskan bagi masyarakat," kata Lilik.
Lilik menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi tanggung jawab pemerintah daerah masing-masing. Ia juga mengimbau desa-desa di pesisir selatan Jawa agar melakukan simulasi evakuasi tsunami secara rutin.
"Paling tidak satu tahun sekali desa-desa melakukan simulasi," kata Lilik.
"Sosialisasi terkait kebencanaan juga diberikan, dari mulai desa hingga sekolah-sekolah. Karena setiap tahun murid berganti, maka guru yang dilatih dan edukasi," tambahnya.
Lilik menyebut, dalam 25 tahun terakhir ada tiga kejadian tsunami di Jawa, yakni tahun 1994 di daerah Banyuwangi, tahun 2006 di Pangandaran, dan tahun 2018 di Selat Sunda.
Editor: Agus Luqman