KBR, Jakarta- Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai kurangnya informasi yang diberikan kepada masyarakat membuat penumpukan pemudik terjadi di Brebes. Kata Sekjen MTI, Soegeng Purnomo, seharusnya pemerintah menyosialisasikan jalur mudik lainnya supaya masyarakat tidak terkonsentrasi untuk menggunakan tol Brebes. Kalau perlu, kata dia, pemudik dipaksa untuk mengambil jalur selatan yang dilihatnya lebih ringan.
"Begini, ketika anda masih ada di Cikarang, kasih informasi. Sampai di Cikampek juga kasih informasi, dibelokkan, dipaksa jika perlu. Itu untuk yang baru mau datang. Tapi yang sudah keburu nyemplung di sana, silahkan anda balik badan di sini, muter arah. Biasa kan, balik badan kita kalau macet. Tapi dikasih tahu, kalau balik badan lewat Bandung anda akan lima jam lebih lama, pilih mana. Dikasih pilihan, anda mau stuck di sini 24 jam atau lima jam lebih lama tapi lancar," ujar Soegeng kepada KBR, Senin (4/7/2016).
Soegeng menambahkan, propaganda adanya tol baru membuat pemudik motor berpikir jalan non tol lenggang karena menganggap semua pengguna mobil akan melewati jalan tol itu. Sementara jumlah pengguna mobil semakin banyak karena sebelumnya hasil random check dari Kementerian Perhubungan menyebut adanya bus-bus umum yang tak lolos dari pemeriksaan. Sehingga pengguna mobil itu pun akhirnya bertemu dengan pengendara motor yang meningkat dua kali lipat dan menumpuk di kota Brebes.
"Sebetulnya kalau publikasi bagus, artinya sebagian silahkan lewat selatan. Dibanding tahun lalu, jalur selatan lebih ringan karena semua orang sekarang tertarik ke Cipali sama tol yang baru. Itu propaganda yang keliru dan menyesatkan menurut saya. (Harusnya publikasi berimbang untuk jalur lain?) persis," pungkasnya.
Editor: Rony Sitanggang