KBR, Jakarta - Konsulat Jenderal RI di Johor Bahru, Malaysia menyebut identifikasi terhadap jenazah korban kapal karam di perairan Pantai Batu Layar, Kota Tinggi, masih sulit dilakukan. Penyebabnya menurut, Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, Malaysia Dewi Lestari, tidak adanya tanda pengenal yang dapat dijadikan rujukan.
"Kendalanya tidak ada identitas di jenazah. Jadi upaya yang kita lakukan adalah mencoba dari sidik jari, nanti akan kita kirimkan ke tim DVI Polri. Kemudian mencoba dari mereka yang selamat, apakah ada keluarganya yang menjadi korban," jelasnya pada KBR, Senin (25/7/2016).
Menurutnya, dari 11 jenazah yang telah ditemukan, tiga di antaranya sudah diidentifikasi secara visual oleh keluarga mereka di Malaysia. Tiga jenazah tersebut yaitu seorang ibu dan bayi yang berasal dari NTT dan satu warga Medan, Sumatera Utara.
Ia menambahkan, pihaknya kemungkinan akan mendatangkan tim DVI Polri jika nantinya sembilan jenazah tersebut tak bisa diidentifikasi. Hal ini seperti yang dilakukan KJRI Johor Baru pada kasus kapal karam di Malaysia pada Januari lalu.
"Nanti kita lihat lagi seperti kasus tenggelam Januari lalu. Itu Tim DVI datang langsung ke Johor mengambil record gigi, DNA dan sebagainya," imbuhnya.
Dewi Lestari menambahkan, korban selamat dan jenazah yang berhasil diidentifikasi nanti secepatnya akan dipulangkan ke Indonesia. Sata ini, kata dia, KJRI sudah mulai menyiapkan dokumen perjalanan bagi para korban.
Sementara terkait proses pencaian WNI lainnya, KJRI terus bekerja sama dengan otoritas Malaysia. Pencarian, kata dia, masih terus dilakukan hingga saat ini.
"Kesulitannya masih soal teknis, apakah jumlah korban betul 62 orang, kemudian cuaca dan ombak masih menjadi kendala tim pencari di sana," ungkapnya.
Sabtu malam (23/7) pukul 23.00 waktu setempat, kapal yang mengangkut sekitar 62 WNI yang lewat jalur ilegal tenggelam karena diempas gelombang laut. 11 orang ditemukan tewas dan 34 lainnya selamat.
Dari 34 orang selamat, diketahui sepuluh orang berasal dari Nusa Tenggara Barat, sembilan dari Jawa Timur, empat asal Aceh dan Sumatera Utara, tiga orang asal Nusa Tenggara Timur, dua orang dari Banten, serta seorang asal Jambi dan Sumatera Barat.
Sejak tahun 2013 sekurangnya sudah terjadi 7 kali peristiwa tenggelamnya kapal pengangkut TKI tidak berdokumen melalui jalur tidak resmi. Dari tujuh peristiwa tersebut tercatat sekurangnya 152 orang meninggal dunia dan hilang.
"Kalau upaya yang dilakukan sudah banyak. Termasuk kerjasama dengan pemerintah Malaysia untuk memberikan kemudahan mereka untuk pulang. Seperti kemarin idul fitri diberikan kemudahan untuk pulang dengan denda yang sangat ringan. Sekarang juga begitu, hanya saja ada keinginan mereka untuk kembali lewat jalur belakang." pungkasnya.
Editor: Quinawaty