KBR, Jakarta- Jaringan terorisme di Indonesia masih tumbuh subur. Pengamat Terosime Taufik Andrie mengatakan itu lantaran, banyak para pengikut teroris yang belum tertangkap dan banyak yang membentuk jaringan baru. Terutama yang berafiliasi dengan ISIS. Salah satunya ancaman teror di Solo pagi ini yang dilakukan pengikut Bahru Naim.
Taufik menilai selama ini penegakan hukum terorisme cukup kuat, namun pencegahan terhadap munculnya paham radikal belum optimal.
"Kalau dihitung dalam law enforcement tidak lemah, tapi ini belum mengungkap keseluruhan jaringan, karena belum ada yang tertangkap. Karena ada satu dua yang belum tertangkap, dan membentuk jaringan atau sel baru," kata Taufik kepada KBR, Selasa (5/7/2016).
Sementara terkait kasus bom bunuh diri di Mapolestra Solo pagi tadi, Taufik menilai hal itu merupakan bentuk perlawanan kepada kepolisian yang selama ini menghalangi langkah mereka dalam berjuang. Atau kata Taufik, teror itu adalah upaya balas dendam.
"Secara umum, tafsir bahwa polisi sebagai musuh kelompok radikal sudah direproduksi terus menerus. Sasarannya adalah polisi. Ini perkembangan buruk, karena targetnya tidak berubah. Ini menjadi praktek balas dendam," ujarnya.
Selasa pagi pukul 07.35 WIB terjadi ledakan bom bunuh diri di halaman
Mapolresta Solo, Jawa Tengah. Informasi yang diperoleh KBR menyebutkan
pelaku Nur Rohman mencoba memasuki Mapolresta Surakarta dengan menggunakan sepeda
motor. Ia sempat dihentikan oleh Provos, namun pengendara menyerobot
masuk melalui penjagaan.
Tepat di depan bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), terdengar suara ledakan keras dari arah pelaku.
Baca juga: