KBR, Jakarta - Kementerian Kesehatan mendesak Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) membeberkan metode yang digunakan dalam pengujian
pembalut wanita. Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Maura Linda
Sitanggang mengatakan, keterangan YLKI tentang chlorin tidak jelas.
Selain itu, temuan YLKI dinilai tidak relevan, lantaran unsur chlorin
yang diklaim berbahaya tidak ditemukan dalam pembalut.
"Kementerian
kesehatan berdasarkan hal tersebut menyarankan YLKI seyogyanya dapat
memberikan klarifikasi terhadap temuan tersebut, metode apa yang
digunakan, apa yang diukur, pengujian kadar chlorin maksudnya seperti
apa pada pembalut wanita. Dan menjelaskan lebih detil wujud dan senyawa
dari chlorin yang ditemukan. Chlorin itu CL2, yang untuk kertas, bukan
untuk pembalut, bukan untuk dimakan. Jadi itu tidak relevan namanya ya,
kalau kita ngetes sesuatu yang tidak ada kaitannya," kata Maura Linda di
Kemenkes, (8/7).
Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
Maura Linda Sitanggang menambahkan, pihaknya tidak perlu menentukan batas
minimal kadar chlorin dalam pembalut. Karena, bila ditemukan jejak
chlorin dalam pembalut, ia menjamin produk tersebut tidak berbahaya
untuk kesehatan.
Editor: Malika