Bagikan:

Musim Kemarau, Petani Sawah Tadah Hujan di Banyumas Merugi

Kekeringan yang melanda wilayah Banyumas, Jawa Tengah menyebabkan petani di lahan sawah tadah hujan merugi.

BERITA | NASIONAL

Jumat, 24 Jul 2015 14:39 WIB

Biji padi tak terisi atau gabeng.  Foto: KBR/Muhamad Ridlo

Biji padi tak terisi atau gabeng. Foto: KBR/Muhamad Ridlo

KBR, Banyumas- Kekeringan yang melanda wilayah Banyumas, Jawa Tengah menyebabkan petani di lahan sawah tadah hujan merugi. Pasalnya, terjadi penurunan hasil panen 50 persen lebih dari biasanya. Salah seorang petani yang ditemui, Muslimin mengatakan musim kemarau tahun ini tiba lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada bulan Mei, biasanya hujan masih turun di wilayah ini, namun tahun ini mulai pertengahan Mei sudah tidak turun hujan lagi. Akibatnya tanaman padi yang saat itu masih dalam periode pertumbuhan (vegetatif) mengalami kekurangan air. Hal ini menyebabkan biji padi tak berisi atau gabeng.

Dalam kondisi normal, kata dia, lahan 1750 meter persegi meghasilkan sekira 1,25 ton gabah kering panen. Namun, saat ini hanya menghasilkan 500 kilogram saja.

"Panen agak kurang lah, kurang bagus. (kenapa itu?) Karena keterlambatan air. Akibatnya pertumbuhan biji karena tidak adanya hujan tidak memungkinan untuk terisi. Ya karena kerena kekurangan air. (Penurunannya berapa persen?) ya kurang lebih separuh lah, lebih dari 50 persen," kata Muslimin.

Petugas Balai Penyuluh Pertanian (Bapeluh) Banyumas, Sumarsono mengatakan sebagian besar sawah tadah hujan di Banyumas mengalami gangguan pertumbuhan lantaran kekurangan air pada masa vegetatif.

Akibatnya hasil panen menurun drastis. Bahkan, ada sebagian kecil lahan tadah hujan di Kabupaten Banyumas yang mengalami puso akibat kekeringan. Di Kabupaten Banyumas, dari 33 ribu hektar sawah, 6500 hektar diantaranya merupakan sawah tadah hujan.

Editor: Dimas Rizky

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending