KBR, Jakarta – Anggota Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Mufti Makarim menilai media di Indonesia memiliki peran sebagai pendorong perdamaian di Palestina.
Namun, tak sedikit juga yang mengambil peran untuk memperkeruh suasana. Hal ini yang kemudian membuat pandangan masyarakat terhadap konflik di Palestina menjadi bias. Menurutnya, konflik di Palestina bukan konflik keagamaan, namun merupakan persoalan kedaulatan yang berimbas pada krisis kemanusiaan.
“Kita lihat misalnya media juga segmented, dalam beberapa hal cara melihat persoalan Palestina juga punya bias sendiri. Itu yang membuat mengapa tingkat serapan masyarakat terhadap informasi tentang Palestina juga bias,” ungkap Mufti.
“Media ini juga mempunyai peran untuk menjadi peace maker, ketika dia mampu memberikan sebuah informasi yang berimbang. Itu saya kira sudah menunjukkan bahwa kualitas dari solidaritas kita adalah solidaritas kemanusiaan.”
Mufti Makarim juga juga berharap organisasi-organisasi seperti Nadhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa menggerakkan solidaritas sosial untuk mendorong perdamaian di Palestina.
Editor: Antonius Eko