KBR68h, Jakarta - Perundingan antara Indonesia dan Jepang soal penghitungan nilai aset PT Indonesia Asahan Alumunium (PT. Inalum) belum juga mencapai titik temu, padahal kontrak kerjasama akan berakhir Oktober mendatang.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, hingga saat ini Jepang ngotot agar aset perusahaan alumunium itu dihitung sesudah revaluasi atau penilaian kembali nilai asset. Sementara, pemerintah Indonesia ingin sebelum revaluasi.
“Karena kita berpegang pada audit. Namun tentu saja seperti Saudara ketahui di dalam pembicaraan perundingan toh ada yang harus kita sampaikan ada yang tidak. Tim maupun NAA (Nippon Asahan Aluminium) terus akan melakukan pembahasan. Perbedaannya sebetulnya terletak pada yang satu adalah revaluasi. Kita menganggap tidak revaluasi asetnya itu,” ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Hari ini, pemerintah kembali melakukan rapat kordinasi mendengarkan perkembangan tim negosiasi soal pengambilalihan 100 persen saham PT. Inalum dari Jepang.
Perbedaan perhitungan nilai aset kabarnya mencapai 400 juta dolar atau sekitar Rp 4 triliun. Pemerintah sendiri sudah menyiapkan dana sebesar Rp 7 triliun untuk mengambil alih perusahaan itu, sehingga bisa dijadikan BUMN pada Oktober mendatang.
Editor: Anto Sidharta
Soal Aset Inalum, Hatta: Belum Ada Titik Temu
Perundingan antara Indonesia dan Jepang soal penghitungan nilai aset PT Indonesia Asahan Alumunium (PT. Inalum) belum juga mencapai titik temu, padahal kontrak kerjasama akan berakhir Oktober mendatang.

NASIONAL
Selasa, 23 Jul 2013 14:25 WIB

Inalum, Hatta, Jakarta
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai