Bagikan:

Pedagang Tak Minati Daging Beku Bulog

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menyatakan tetap akan menjual daging segar dari para pengusaha pengemukan sapi. Ketua APDI, Asnawi mengatakan, masyarakat lebih memilih daging lokal yang segar daripada daging impor yang beku.

NASIONAL

Sabtu, 20 Jul 2013 16:14 WIB

Pedagang Tak Minati Daging Beku Bulog

Daging beku, daging segar, pedagang, daging sapi

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menyatakan tetap akan menjual daging segar dari para pengusaha pengemukan sapi.

Ketua APDI, Asnawi mengatakan, masyarakat lebih memilih daging lokal yang segar daripada daging impor yang beku. Sedangkan mengenai perbedaan harga, Asnawi berpendapat relatif sama antara harga daging segar dengan harga daging beku.

"Lalu kalau perbedaan harga. Daging segar lokal ini dijual antara Rp95 ribu-Rp100 ribul per kilo oleh pedagang anggota kami, dengan perbedaan harga daging knuckle (jenis daging sapi untuk bagian paha belakang dalam) Rp 85 ribu daging beku. Itu kalau dihitung-hitung ketika fresh ya sama jatuhnya. Karena tingkat penyusutan. Kalau sudah menjadi fresh, itu penyusutan bisa mencapai 12 persen," ujar Asnawi saat dihubingu KBR68H.

Ketua APDI, Asnawi juga mengatakan para pedagang tidak dilibatkan dalam operasi pasar karena lebih memilih penggelontoran sapi siap potong ketimbang daging sapi beku.

Menurut Asnawi, daging sapi beku bukan untuk diperdagangkan di pasar, melainkan di Hotel, Restoran dan Cafe (Horeca).

Sudah hampir sepekan pemerintah melakukan operasi pasar dengan mengelontorkan 1 ton daging beku ke tiap-tiap pasar induk. Hal ini guna menjaga kestabilan harga daging sapi di pasar, terutama menjelang lebaran. Namun daging beku sepi peminat. (Baca: Pemerintah Tak Menyangka Harga Daging Sapi Naik dengan Cepat)

Editor: Agus Luqman

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending