Bagikan:

WN Brasil Juliana Marins Meninggal di Gunung Rinjani, Apakah Ada SOP yang Diabaikan Saat Mendaki?

"Saya mungkin nggak bisa men-judge seperti itu (pelanggaran SOP) ya. Tetapi disini yang jelas satu hal yang saya notice kenapa sendirian jadi tidak terpantau," jelasnya

NASIONAL

Kamis, 26 Jun 2025 17:57 WIB

Author

Aura Antari

basarnas

Tim SAR gabungan saat melakukan evakuasi terhadap seorang pendaki yang jatuh di kawasan Gunung Rinjani Lombok, NTB, Selasa (24/06/2025). ANTARA/HO- SAR Mataram

KBR, Jakarta- Warga Negara (WN) Brasil Juliana Marins meninggal usai terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di sekitar titik Cemara Nunggal, Gunung Rinjani.

Insiden tragis ini terjadi pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, saat korban sedang mendaki menuju puncak Gunung Rinjani.

Korban diduga tergelincir akibat kelalaian pemandu yang . Tim SAR butuh waktu hingga beberapa hari hingga akhirnya bisa mengevakuasi korban karena medan ekstrem dan cuaca berkabut.

Apakah Ada SOP yang Diabaikan?

Dewan Pengawas Pecinta Alam Stapala, Erny Murniasih mengatakan Taman Nasional Gunung Rinjani sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian yang ketat. Namun, dia mempertanyakan alasan korban sendirian saat terjatuh dan tidak ada yang menyaksikan.

"Saya mungkin nggak bisa men-judge seperti itu (pelanggaran SOP) ya. Tetapi disini yang jelas satu hal yang saya notice kenapa sendirian jadi tidak terpantau. Mungkin kondisinya pada saat itu ada satu grup terus kemudian dia terpaksa harus sendiri," ujar Erny kepada KBR, Kamis (25/6/2025).

"Saya selalu memberikan wejangan kepada adik-adik junior saya sesama pendaki gunung, jangan sampai kita hanya sendirian pada saat kita di gunung. Jadi sebisa mungkin perlu ada teman kita. We'll never know apa yang akan terjadi," tuturnya.

Mengapa Sulit Evakuasi?

Erny mengatakan kondisi cuaca di Gunung Rinjani sangat sulit diprediksi. Lokasi korban terjatuh juga cukup dalam, yaitu 600 meter.

Proses evakuasi memerlukan peralatan khusus dan tali dalam jumlah banyak. Kondisi inilah yang menurutnya menjadi alasan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) harus menunggu peralatan tambahan.

"Saya yakin tim SAR pasti sudah melakukan hal yang cepat. Cuma memang perlu dipahami juga Gunung Rinjani itu cuacanya sulit sekali untuk diprediksi. Kalau kita lihat jatuhnya itu dari 400 meter hingga ketinggian terakhir 600 meter tentu butuh tali yang banyak," ungkapnya.

Erny juga menilai penggunaan helikopter bukan solusi mudah karena kabut tebal membuat jarak pandang terbatas. Erny mengatakan risiko hipotermia juga dapat membahayakan keselamatan tim SAR jika terus berada di lokasi.

"Tetapi bisa jadi akan berbahaya juga untuk tim SAR kalau memang memaksakan diri harus di situ terus karena khawatir potensi hipotermia juga mungkin," katanya.

Sejumlah petugas medis menurunkan jenazah pendaki Gunung Rinjani berkewarganegaraan Brazil Juliana Marins saat tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB di Mataram, NTB, Rabu (25/6/2025). Juliana Marins meninggal dunia akibat terjatuh ke dalam jurang saat mendaki puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025). ANTARA FOTO/Nia


Seberapa Ekstrem Medan Gunung Rinjani?

Terletak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ketiga di Indonesia dengan ketinggian 3.762 mdpl. Gunung Rinjani merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang mencakup area seluas sekitar 41.330 hektar.

Walau terkenal dengan pemandangannya yang memukau, Gunung Rinjani termasuk salah satu gunung yang ekstrem, terutama di jalur menuju puncak atau summit.

Erny mengatakan butuh persiapan oleh pendaki maupun pendampingnya, terutama jika pendaki belum terbiasa atau rutin melakukan pendakian.

"Biasanya kita kalau menuju ke summit, kita berhenti di pelawangan dulu. Itu sudah tidak ada vegetasi sama sekali dan medannya juga berat," ujarnya.

Medan menuju puncak penuh pasir dan kerikil. Kontur jalur pendakian juga licin sehingga pendaki sering kehilangan pijakan. Bahkan, setiap langkah naik terasa seperti tergelincir mundur. Seolah mendaki satu meter tapi melorot seratus meter.

"Kalau menuju summit Rinjani kondisinya itu penuh pasir. Ibarat kita naik 1 meter turunnya 100 meter, memang seekstrim itu. Licin karena konturnya bukan tanah tapi pasir dan batu-batu krikil. Jadi memang kalau kita kurang cermat misalnya dalam hal gear terutama sepatunya kurang menggigit misalnya juga bisa terpleset," jelasnya.

Ilustrasi: Sejumlah pengunjung berjalan di kawasan wisata bukit Selong di Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB, Minggu (14/7/2024). ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI

Jalur menuju puncak Rinjani sangat sempit, lebarnya hanya sekitar satu meter dengan jurang di sisi kanan dan kirinya. Berdasarkan pengalaman Erny yang sudah tiga kali mendaki ke sana, bagian tengah jalur seringkali dipenuhi pasir yang cukup dalam.

Ada alternatif jalur kecil di sisi kanan atau kiri tetapi sangat dekat dengan jurang. Menurutnya, meskipun lebih berat, jalur tengah lebih aman dilalui demi mengurangi risiko tergelincir.

"Sisi kanan kirinya itu memang jurang. Jalur menuju puncak itu memang gak terlalu besar paling mungkin sekitar 1 meter lebarnya. Safety-nya kita ambil jalur yang tengah," ungkapnya.

Apa yang Harus Pendaki Siapkan?

Erny menyarankan pendaki pemula tidak langsung mencoba mendaki Gunung Rinjani. Menurutnya, jika seseorang baru pertama kali naik gunung, sebaiknya memilih medan yang lebih ringan.

"Gunung Rinjani itu salah satu puncak tertinggi di Indonesia dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Tetapi kalau misalnya ada pendaki-pendaki yang ingin mencoba naik gunung Rinjani setidaknya mereka perlu mempersiapkan dengan baik," ujarnya.

Pertama, harus latihan fisik. Pendaki biasanya akan menuju puncak pada malam atau dini hari. Tubuh pada saat itu masih belum siap untuk naik tetapi harus dipaksa. Apabila tidak punya latihan fisik yang cukup, akan mempengaruhi proses pendakian.

Kedua, persiapkan perlengkapan pribadi, yaitu:
1. Jaket Windbreaker, jenis jaket yang didesain khusus untuk menepis angin dingin dan hujan ringan agar tubuh tetap merasa hangat
2. Jas hujan kalau memang khawatir akan hujan
3. Sepatu gunung yang nyaman. Tambahkan gaiter apabila dirasa perlu, terutama untuk gunung yang medannya ekstrem seperti Rinjani.
4. Headlamp atau senter yang memadai dan dapat menjangkau tempat yang jauh. Headlamp pun juga perlu sesuai dengan medan ataupun cuaca pada saat mendaki.

Ketiga, nutrisi yang cukup. Misalnya sarapan dan menyiapkan energi gel.

Keempat, barang pribadi harus dibawa oleh pendakinya sendiri, terutama saat melewati titik-titik kritis di jalur pendakian. Pendaki tidak bisa sepenuhnya bergantung pada porter karena posisi mereka bisa saja berada jauh di depan atau di belakang. Setiap pendaki harus membawa sendiri kebutuhan penting seperti makanan, air, serta perlengkapan keselamatan dasar untuk mengantisipasi kondisi darurat.

Upaya penyelamatan pendaki perempuan asal Brasil berinisial JDSP yang dilaporkan jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Jumat (20/6/2025). ANTARA/HO-Kemenhut




Melansir rinjaninationalpark.id, berikut adalah syarat pendakian Gunung Rinjani;

Bagi Trekking Organizer (TO) dan Penyedia Jasa Pramuwisata:
1. Registrasi aplikasi eRinjani
2. Menyediakan perlengkapan standar pendakian, 1 guide (maks untuk 6 pendaki), 1 porter (maks untuk 3 orang pendaki mancanegara), 1 porter (maks untuk 5 pendaki nusantara)
3. Menjelaskan SOP pendakian serta kearifan budaya lokal kepada pendaki
4. Bertanggung jawab terhadap keamanan pendaki, guide, dan porter.

Bagi Pendaki:
1. Registrasi Aplikasi eRinjani
2. Wajib didampingi guide dan porter (bagi WNA)
3. Wajib punya asuransi jiwa, kartu identitas, dan surat sehat

Bagi Guide:
1. Mendampingi pendaki
2. Memberi edukasi kepada pendaki tentang SOP dan kearifan budaya lokal
3. Bertanggung jawab terhadap pendaki, barang bawaan dan kebersihan tempat yang digunakan.

Baca juga:

- Sengketa 4 Pulau di Aceh, Mendagri Bertindak di Luar Kewenangan, Prabowo Ambil Keputusan

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending