KBR, Jakarta- Bank Indonesia memutuskan suku bunga acuan bulan Juni diturunkan 25 basis poin. Sehingga, angka yang selama tiga bulan terakhir mandeg di 6,75% kini turun menjadi 6,5%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan penurunan ini dipicu masih terbukanya ruang pelonggaran kebijakan moneter. Sebab, secara keseluruhan kondisi makro ekonomi Indonesia menurutnya tergolong stabil.
"Menurunkan BI rate 25 basis poin. Jadi 6,5%. Suku bunga deposit juga turun 25 jadi 4,5, landing turun 25 jadi 7,0%. Ini akan efektif sejak Juni 2016," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Kamis(16/6/2016).
Penurunan angka suku bunga acuan ini menjawab prediksi para ekonom. Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memperkirakan adanya peluang BI rate turun sebesar 25 basis poin.
Sebab, Kamis dini hari tadi, rapat komite pasar terbuka federal bank sentral Amerika Serikat telah memutuskan menahan suku bunga acuan Fed ratenya di kisaran 0,25-0,5%. Di bulan-bulan lalu, BI ragu menurunkan suku bunga karena dihantui kemungkinan kebijakan The Fed ini.
Selain itu, struktur 7 Days Reverse Report Rate juga diturunkan dari level 5,5 persen ke 5,25 persen. Sejak 15 April silam, BI mengeluarkan kebijakan 7 Days Reverse Report Rate. Kebijakan ini membantu bank karena mereka tidak perlu lagi menunggu waktu satu tahun untuk menarik dananya dari BI dan menyalurkannya ke masyarakat.
Dengan ikut diturunkan 25 basis poin, surplus suku bunga untuk 7 hari kini sebesar 5,2%, 14 hari sebesar 5,4%, 30 hari sebesar 5,7%, 3 bulan di kisaran 6,1 %, dan 6 bulan pada kisaran 6,3%.
Pelonggaran kebijakan makro ini ditunjukkan BI dengan melonggarkan loan to value dan finance to value bagi kredit properti berjenis rumah tapak, rumah susun, dan rumah toko. Ini akan diberlakukan sejak Agustus 2016.
Tirta mengatakan, BI akan terus berkordinasi dengan pemerintah demi mengendalikan inflasi. Ia optimis inflasi di jelang Lebaran tahun ini lebih rendah year on year ketimbang jelang Lebaran tahun sebelumnya.
"Koordinasi BI dan pemerintah juga, guna penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan." Pungkasnya.
Editor: Rony Sitanggang