KBR, Jakarta - Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) mencatat 85 persen
sekolah dikepung oleh iklan dan promosi rokok di lingkungan sekitarnya.
Kesimpulan ini merupakan hasil pemantauan yang dilakukan yayasan
tersebut dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat di 5 kota besar di
Indonesia. Pengurus YPMA, Hendriyani mengatakan, sebagian besar iklan
dan promosi rokok ditemukan di tempat penjualan seperti warung atau kios
di sekitar sekolah. Selain itu, pada setiap 1 dari 3 sekolah ditemukan iklan
rokok di media luar griya (outdoor advertising), seperti billboard dan
spanduk.
"Kami menemukan ternyata, iklan di tempat penjualan,
jumlahnya lebih banyak lagi daripada iklan luar griya. Ada di temukan di
area sekitar 85 persen di sekolah yang kami amati. Karena itu
pelarangan untuk memasang iklan rokok tidak cukup bila hanya di luar
griya, harus menyeluruh, karena iklan itu di mana-mana," kata Hendriyani
dalam paparan hasil pemantauan di sebuah restoran di Jalan Agus Salim,
Jakarta, (15/6/2015).
Pengurus Yayasan Pengembangan Media Anak,
Hendriyani menambahkan, sejumlah perusahaan rokok besar gencar memasang
iklan di sekitar sekolah. Di antaranya, Djarum, Bentoel International
Investama, Nojorono Group Kudus, Gudang Garam, dan HM Sampoerna. Kata
dia, ini membuktikan perusahaan rokok sengaja menyasar konsumen dari
anak dan remaja.
"Dengan begitu banyak orang yang setiap tahunnya harus "digantikan" bagi industri rokok, mereka kemudian mengetahui betapa pentingnya anak muda itu sebagai perokok pengganti, buat menggantikan yang akan pergi itu. Jadi pada tahun 80an, mereka sudah identifikasi bahwa remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok, karena mayoritas perokok mulai merokok ketika remaja," lanjut Hendriyani.
Yayasan Pengembangan
Media Anak (YPMA), Lentera Anak Indonesia, dan Smoke Free Agents melakukan pemantauan di 5
kota besar yakni Jakarta, Bandung, Makasar, Mataram dan Padang. Terdapat
360 sekolah yang dipantau selama periode Januari-Maret 2015.
Editor: Malika