KBR, Jakarta - Partai Gerindra akan mengubah manifesto partainya terkait pemurnian agama. Tim Sukses Prabowo Subianto-Hatta Radjasa, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan Gerindra tidak bermaksud membuat negara ikut campur ajaran agama.
Maksud manifesto itu adalah negara mengatur kelompok agama agar tetap rukun. Gerindra menyadari masyarakat memahaminya secara berbeda. Karena itu, kalimat dalam manifesto akan diubah.
Dua pekan lalu, Gerindra sudah menjelaskan hal itu kepada Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dan Ketua PGI A. A. Yewangoe.
"Ini mengenai kalimat (manifesto) yang betul-betul menjadi (perhatian) itu. Kami akan hapus, Pak Yewangoe (Ketua PGI). Kami akan hapus itu agar tidak akan jadi masalah lagi. Kami adalah partai Pancasila, saya yakin," kata Hashim Djojohadikusumo dalam acara Gereja Mendengar Visi Misi Capres 2014 di STT Jakarta, Selasa (2/6) sore.
Tim Sukses Prabowo Subianto-Hatta Radjasa, Hashim Djojohadikusumo. Polemik ini muncul di media sosial Twitter, April lalu. Dalam Manifesto Gerindra bidang agama tertulis, "Negara dituntut menjaga kemurnian ajaran agama yang diakui negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama."
Saat itu, kelompok pro keberagaman menilai Gerindra akan mengancam kebhinekaan di Indonesia. Menurut Ketua PGI A. A. Yewangoe, isi manifesto itu memang mengarah pada intervensi negara. Hal ini karena Gerindra menggunakan kata pemurnian. Kata dia, negara tidak bisa menentukan agama yang sesat dan tidak.
"Saya Kristen bilang kelompok itu sesat, kelompok itu bilang sayalah yang sesat. Negara tidak bisa ikut campur, itu urusan kami," kata Yewangoe pada KBR, usai acara Gereja Mendengar Visi Misi Capres 2014 di STT Jakarta, Selasa (2/6) sore.
Saat bertemu Gerindra, pihaknya juga sudah memberikan rekomendasi Gerindra terkait isi manifesto. Namun demikian, Yewangoe hanya memberikan masukan dan tidak akan ikut campur.
"Mau ubah atau tidak itu urusan mereka," katanya.
Editor: Pebriansyah Ariefana