Bagikan:

Keluarga Prabowo Pernah Mau Beli Tempo

Goenawan mengakui bahwa walikota yang memanggilnya itu memiliki banyak cara untuk membuat orang bekerja. Cara yang tegas namun tak keras. Ia mengajak orang bekerja tanpa melalui pidato.

NASIONAL

Senin, 16 Jun 2014 21:54 WIB

Author

Airlambang

Keluarga Prabowo Pernah Mau Beli Tempo

keluarga prabowo beli tempo, hashim djojohadikusumo beli tempo, goenawan mohamad dukung jokowi, manifesto rakyat tak berpartai, bredel Tempo 1994

KBR, Jakarta – Utusan Prabowo Subianto bertemu dengan direksi majalah Tempo dan mengungkapkan niatan untuk membeli media tersebut. Bila usulan ini dipenuhi, majalah Tempo urung dibreidel.

Cuplikan cerita ini disampaikan bekas Pemimpin Redaksi Tempo, Goenawan Mohamad, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin siang (16/6).

Pertemuan utusan Prabowo yang tak lain adalah adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan Direktur Utama Tempo Eric Samola (almarhum) berlangsung  malam hari, 26 Juni 1994. Itu selang lima hari setelah Tempo dibreidel pemerintah Soeharto bersama dengan majalah Editor dan tabloid DeTIK.

Mereka bertemu di Lagoon Tower Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan - Red), Jakarta. Hashim meyakinkan bahwa Tempo dapat terbit kembali dengan mudah. Syaratnya, “keluarga Hashim” diberi hak untuk mengangkat dan memberhentikan redaksi. Bila saham Tempo hendak dijual, Hashim meminta agar ia dan keluarganya mendapatkan opsi pertama.

Waktu yang diberikan oleh Hashim amat pendek. Yakni, pukul delapan esok hari. Alhasil, Samola segera mengumpulkan direksi dan pemimpin redaksi untuk membahas hasil pertemuannya.

"Kami rapat di rumah saya, di Tanah Mas, dan sepakat menolak rencana utusan Prabowo tersebut, meski kami tahu itu berarti Tempo ditutup selama-lamanya," kata Goenawan. Ia bercerita di hadapan ratusan penandatangan Manifesto Rakyat Tak Berpartai.

Manifesto itu berisi dukungan kepada calon presiden Joko Widodo (Jokowi). Goenawan sendiri adalah salah satu inisiator Manifesto yang kini telah ditandatangani oleh seratusan ribu orang sejak dideklarasikan 26 Mei silam. Naskah manifesto masih diedarkan dari tangan ke tangan oleh relawan pendukung Joko Widodo di 30 kota besar, estafet melalui surat elektronik, juga di situs Change.org.

Goenawan Mohamad diketahui aktif memberi dukungan terhadap Jokowi untuk menjadi calon presiden. Mereka pertama kali bertemu ketika Jokowi menjadi Walikota Solo. Kala itu Jokowi memintanya memberi masukan bagaimana mengembangkan kota Solo sebagai kota seni pertunjukan.

Dalam pertemuan itu, Jokowi juga berkisah mengenai hari-hari pertamanya bekerja sebagai walikota. Saat masuk kantor, Jokowi terkejut melihat banyak pegawai yang tak mengerjakan apa-apa. “Bahkan ada seorang ibu yang merajang sayur untuk nanti dibawa ke rumah,” ujar Goenawan disambut tawa hadirin.

Tapi, setelah bolak-balik ke Solo, Goenawan mengakui bahwa walikota yang memanggilnya itu memiliki banyak cara untuk membuat orang bekerja. Cara yang tegas namun tak keras. Ia mengajak orang bekerja tanpa melalui pidato. Sebab, kata Goenawan, “Jokowi memang tak mengerti cara pidato — seperti juga saya — tapi ia paham bagaimana bekerja.”

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending